Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

[Embun Kebun] Pohon Miring Berdamai dengan Angin

Diperbarui: 11 Januari 2023   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pohon miring berdamai dengan angin (foto dokumen pribadi)

Laiknya embun yang hanya muncul sesaat melekatkan kesan. Begitu pula amatan sekilas hamparan pohon miring. Seolah menyampaikan pesan kepada pelintas kebun.

Bila simbok kebun blusukan saatnya jelalatan dengan fenomena sekitar. Begitupun saat melintas di kebun karet di punggungan bukit pada musim kemarau. Terlihat barisan pohon karet serempak teratur miring dengan daun semburat keemasan.

Secara geografis, bentang punggung bukit alit ini terekspos oleh angin yang secara musiman mengarah ke sudut tertentu. Pohon karet yang secara genetik tumbuh tegak ke atas melakukan adaptasi. Bila kekeuh melawan angin dia akan pepes terhempas ayunan bayu.

Individu bahkan populasi karet di wilayah tersebut secara bersamaan berdamai dengan angin. Seolah terikut alunannya sekaligus memperkokoh diri dengan cara melentur. Walhasil terlihat kompak miring searah dengan hembusannya.

Sekaligus menghasilkan pandang eksotik bagi kami pemblusuk. Sosok kelompok yang kuat lentur berdamai dengan faktor lingkungan. Pohon miring berdamai dengan angin.

Warna keemasan berpadu rona hijau menghasilkan ilusi autumn colour (warna musim gugur) bagi penyukanya. Keindahan musim gugur saat daun hijau beralih warna menjadi kekuningan, oranye hingga kemerahan sebelum gugur.

Bila perubahan warna daun di daerah bermusim gugur dipicu oleh perubahan suhu lingkungan. Tanaman meresponnya dengan apik. Penikmat pigmen warna daun akan membahasakannya dengan perubahan komposisi. Dominansi klorofil bergeser ke xantofil, karoten hingga antosianin dengan ragam perbandingannya.

Nah blusukan ini bukan di daerah subtropika. Masih di sekitaran Rawa Pening. Inilah tampilan saat musim kemarau. Saatnya air tanah susut makin ke dalam bumi. Tumbuhan karet melakukan adaptasi terhadap masalah air, kekeringan.

Tanpa menggerutu, sebagian daun akan meluruhkan diri. Menghemat energi. Seolah daun ini berujar, tunai sudah dharmaku, saatnya undur diri. Serasa pesta perpisahan, masing-masing daun persembahkan warna jingga keemasan.

Nanti saat musim penghujan mulai menyapa akan tumbuh calon daun baru dengan warna hijau muda. Generasi daun baru siap beraksi menghimpun energi dari matahari. Mempersembahkan darah putih alias getah bagi manusia berhikmat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline