Sahabat pembaca Kompasiana akrab dengan kebiasaan ayam betina berkotek? Kalau tinggal di perkotaan mungkin agak sulit membayangkan. Ayam betina berkotek lekat dengan harapan bertelur.
Kebiasaan dan naluri ayam betina saat hendak bertelur adalah berkotek. Riuh memperdengarkan suara petok...petok... Seolah mewarta ini aku si blirik hendak bertelur.
Empunya ayam menandai suara ayamnya. Bila telur di petarangan, tempat ayam kampung bertelur, bertambah mencatatnya sebagai karya si blirik. Bukan hasil si blorok. Usai bertelur kembali melapor dengan berkotek pendek.
Beberapa ayam tidak rajin bertelur pada tempatnya. Dia memilih pojok tertentu untuk meletakkan hasil telurnya. Empunya ayam dengan awas memindainya dan menyimpan telur sebelum dimangsa ular ataupun garangan.
Namun ada kalanya si ayam betina ini heboh bukan main. Petok... petok di sini, diam seolah konsentrasi bertelur, lanjut berkotek di sana tanpa out put telur. Gelisah seraya menebar pertanda. Kami di perdesaan Jawa Tengah menyebutnya memeti.
Celoteh ayam berkotek menjadi sinyal proses produksi dan pengumuman produk oleh ayam betina. Hasilnya kadang segera nampak, tambahan telur di petarangan. Kadang pula sangat lambat, si empunya sampai tutup telinga karena ributnya si ayam betina.
Ada kalanya serasa zonk. Ayam betina pemberi harapan palsu (PHP) ribut berkotek tanpa telur. Bisa juga malah bertelur di pojokan kebun tetangga. Eh ini pun hasil ya meski di luar wilayah teritorial sang empunya ayam.
Kadang kala perilaku ayam berkotek ini dekat loh dengan kegiatan menulis. Lah, memangnya penulis sahabat ayam betina. Alamak jangan marah ya sahabat penulis Kompasiana. Nah ini tidak mengait ayam betina atau jantan. Kesamaannya ada pada berisik.
Semisal Simbok nih. Hendak duduk menulis tentang A, belum kelar belok tentang B, berisik amat belak belok. Mending tamat, hasilnya berupa draf terlempar di petarangan alias folder.
Lain waktu naksir menulis topik tertentu. Petok...petok... berisik menata alur menampi data. Tergoda teriakan penjual bakso. Usai santap bakso, leyeh-leyeh lupa tujuan. Kembali draf terlempar ke petarangan.