Ekosistem lahan basah berperan penting sebagai komponen penata siklus air dan adaptasi iklim. Secara mikro juga menjadi penyedia pangan lokal. Mari menyoal Genjer dan Kelakai, pangan lokal dari ekosistem lahan basah.
Ekosistem Lahan Basah
Hari ini Rabu 2 Februari 2022 adalah peringatan Hari Lahan Basah Sedunia. Peringatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dunia akan arti penting lahan basah. Bermula dari Konvensi di kota Ramsar, Iran pada tahun 1971.
Ekosistem lahan basah memegang peranan penting atas ekologi dan ekonomi dunia. Mencakup tata hidrologi, adaptasi iklim, pun keanekaragaman hayati. Kesatuan ekosistem dengan komponen biotik dan abiotik yang khas. Penciri utamanya adalah tingkat kejenuhan kejenuhan air tanah yang tinggi.
Lahan basah dianalogikan sebagai 'ginjal bumi'. Laiknya ginjal sebagai penyaring toksik. Hal ini ditumpukan pada kemampuan lahan basah menyerap karbon dioksida (CO2) pada daur karbon global. Mampu menjadi sink penyimpan karbon sehingga menghambat laju pemanasan global.
Keprihatinan global karena menyusutnya peran ekosistem lahan basah dalam menjaga kelestarian bumi oleh aktivitas manusia. Artikel ini tidak hendak menyoal hal berat. Sahabat pembaca Kompasiana dapat merunut pada artikel Lahan Basah yang Terlupakan, anggitan Prof Ronny R. Noor yang mengupasnya secara apik holistik.
Aneka wujud bentang fisiografis lahan basah. Hamparan gambut, rawa, bantaran sungai bagian dari ekosistem lahan basah. Pernah mengulik peran tebaran rawa Jabodetabek dengan contoh tiga rawa skala mini sebagai tata kelola air alami. Terdegradasinya peran rawa alami oleh aneka kepentingan.
Sila singgah pada artikel: Jabodetabek Kawasan Seribu Rawa, Riwayatmu Kini
Genjer dan Kelakai, Pangan Lokal dari Ekosistem Lahan Basah