Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

[Embun Kebun] Bagai Air di Daun Binahong

Diperbarui: 21 Agustus 2021   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagai Air di Daun Binahong (Dokumen pribadi)

Melongok pekarangan pagi hari terlihat bulir air menggantung di daun binahong. Ooh... bagai air di daun binahong.... Bukankah biasanya 'Bagai Air di Daun Talas' pepatah yang menggambarkan orang yang tidak memiliki pendirian teguh.

Manusia adalah pembelajar alam yang adaptif. Air di daun Talas tidak mampu menempel kuat tapi bergerak ke sana-kemari. Hal itu disebabkan karena permukaan daun talas dilapisi semacam zat lilin yang bersifat menolak air.

Gemerlapan butir air di daun binahong sangat mempesona jadilah memaksa judul, bagai air di daun binahong. Pekarangan mini menyediakan aneka pembelajaran. Amatan sederhana merambatkan daya kejut sel-sel kelabu membujuk kalbu.

Embun kebun merupa dalam air di daun binahong. Memercikkan keindahan pagi hari. Mengulik ingatan perjalanan air. Pastinya sebutir embun kebun yang tiada sia-sia walau sementara keberadaannya.

Bagaimana kelanjutan kisah butir air yang menggelantung pada daun binahong? Tersedia aneka skenario kelanjutan sebulir air.

Tetiba hinggaplah burung mungil di pokok binahong. Mencucukkan paruh ciliknya, menyesap kesegaran bulir air. Menuntaskan rasa dahaga dan kembali terbang melanjutkan keceriaan hari baru.

Butir-butir air tersebut dengan kehangatan sinar mentari akan menguap. Membubung tinggi meningkatkan kelembaban atmosfer. Pada saatnya nanti akan berkumpul menjadi awan tebal yang sarat kandungan uap air. Kembali jatuh ke bumi sebagai air hujan. Menjadi bagian siklus air hijau (green water).

Skenario lain, butir-butir air yang menggantung ini pada saatnya akan jatuh ke pangkuan bumi. Menambah kandungan air tanah. Bila air tanah jenuh dia akan bergerak bersama kawanannya baik melalui permukaan tanah maupun air bawah tanah, mengisi badan-badan air.

Dengan tak kenal lelah menempuh ribuan kilometer menuju samudera lepas seraya memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Meliuk mengikuti jalur siklus air biru (blue water). Meski tak jarang karena kekurang bijaksanaan kita kiprah positifnya menyimpang menjadi bencana yang menakutkan.

Butiran air yang menjadi komponen dari daur hidrologi yang kompleks. Tiada sebulir airpun yang tidak membabar makna. Memberikan guna secara langsung pun harus mengikuti proses siklus. Bulir embun bagian dari lingkungan semesta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline