Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Warisan Budaya Dunia: Antara Borobudur dan Badaling, Batu Bertutur

Diperbarui: 18 Februari 2021   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Borobudur dari Taman Lumbini (Dokumen Pribadi)

".... formasi X terbentuk pada zaman Pleistosen ... perhatikan tekstur pejal batuan andesit ...." Terngiang pitutur berharga dari Eyang Rahmat. Saat itu saya menyarikan batu bertutur peradaban bangsa melalui sisi kemampuannya menyuburkan lahan.

Sejarah membuktikan catatan perkembangan budaya kehidupan terpahat pada lempengan, wungkulan maupun bangunan bebatuan aneka ukuran. Menjadi warisan budaya antar generasi, laiknya batu bertutur. Prasasti lintas zaman bagian dari ketidakabadian.

Artikel Kompasianer Mas Wuri Handoko tentang pelesestarian warisan budaya dan investasi pariwisata sungguh menggelitik. Menggerakkan jemari simbok untuk merajut ulang artikel dalam bingkai pendukung.

Borobudur Warisan Budaya Dunia

Candi Borobudur merupakan salah satu keajaiban dunia .... Peradaban bangsa kita dicatat sejarah di kancah internasional. Mendapat penetapan warisan budaya dunia (World Heritage) dari UNESCO pada tahun 1991. Borobudur menjadi salah satu asset monumental bangsa bahkan dunia. Bagian dari keistimewaan leluhur kita.

Borobudur berselimut hijau (dokpri)

Pengetahuan bangsa lain atas Borobudur belum tentu lebih dangkal dari pengenalan kita. Begitu banyak karya cipta dunia yang diinspirasi oleh keagungannya. Aneka publikasi dan publisitas menyoal keluhuran warisan budaya Borobudur.

Silakan baca: Indonesia dalam Kancah Situs Warisan Dunia UNESCO

Kapan dan bilamana sahabat pembaca Kompasiana mengunjungi Borobudur? Bebatuan penyusun Borobudur pun bertutur kebanyakan pengunjung mengelusnya, saat darmawisata sekolah.... Saat mengantar anak-anak (atau sebaliknya diantar orang tua).... Saat mengantar tamu.....

Mendambakan Borobudur juga menjadi impian kunjungan nasional bangsanya. Manula yang semasa mudanya kurang memiliki waktu berkunjung diantar kerabatnya. Semakin meningkat jumlah pengunjung yang memiliki waktu mendengar bebatuan bertutur melalui intensnya amatan.

Pengunjung yang mengagihkan waktu dan hati menyimak batu bertutur. Lebih dari sebagai latar belakang foto unggahan. Melampaui foto sebagai penanda destinasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline