Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Rasa Bahasa, Elemen Penciri Diri Penulis

Diperbarui: 9 Oktober 2020   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen olahan pribadi

Bagi simbok yang doyan ngemil, Kompasiana bagaikan Pujasera. Pujasera yang Pusat Jajanan Serba Ada? Sebelum dijewer petinggi Kompasiana, mari simak narasinya.

Kompasiana menaungi ratusan ribu kompasianer. Hendak mengutip data di profil beranda laman, sayang datanya per Desember 2017. Masing-masing kompasianer memajang karya laiknya membuka lapak di pujasera.

Menurut mbak Widha Karina saat blogshop Maret 2020, setiap harinya terunggah 631 artikel yang mengisi aneka kategori. Itulah parade karya yang siap disantap oleh pengunjung eh pembaca. Mulai terbayang kan ya khayalan simbok, Kompasiana bagaikan Pujasera.

Pembaca berkelana antar lapak, mencicip cita rasa sajian, terpukau dengan tatanan sajian. Tidak jarang mengobrol ringan saling goda canda dengan empunya lapak. Yaak penyaji tulisan dikenali dengan rasa bahasa artikelnya.

Rasa bahasa menyapa pembaca

Bagaimana bahasa memiliki rasa? Melibatkan gaya bahasa seorang penulis menyapa pembaca. Mengemas dan menyampaikan ide dalam pikiran dalam tulisan. Terjadi transfer energi gagasan dari penulis kepada pembaca.

Sebagai sapaan kepada pembaca, terasa aneka kesan. Mulai dari sapaan ringan ramah, ada juga yang membuhul ikatan rasa keterikatan gagasan. Merawat ikatan rasa dengan pembaca melalui gaya bahasa penulisan.

Gaya bahasa mengandung aspek seni meramu bahasa, kadang melampaui kaidah berbahasa. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi. Bukan hanya melulu mengikuti kaidah bahasa namun juga melalui rasa. Rasa menjadi penyampai sapa.

Awal saya ngeblog 28 Agustus 2011 di wordpress, menulis perdana di Kompasiana Oktober 2016. Terbitan secara berkala, alias kala-kala, karena banyak mangkirnya. Meluntakkan bahasa penulisan melalui artikel. Menyapa dan bertegur sapa dengan pembaca. Mendapat loloh balik dari sahabat pembaca, "gaya bahasa simbok, lucu", mungkin artikulasi lain dari aneh.

Ada warna gaya bahasa laporan kebun atau notulensi kegiatan kelompok. Format baku dengan pola pelaporan searah. Membuat artikel selaras dengan apa yang penulis mau. Terdapat peluang membuat tulisan berjarak dengan pembaca.

Lah, apakah sekarang menjadi bergaya bahasa yang ramah menyapa pembaca? Pastinya belum dan masih sangat jauh. Memerlukan proses panjang tanpa bosan untuk belajar menulis dan menulis sehingga memperoleh komposisi yang tepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline