Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Apresiasi untuk Perajin Kata Rubrik Fiksiana Kompasiana

Diperbarui: 8 Agustus 2020   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi fiksiana dari quotes.pub

Salah satu rubrik jujugan di Kompasiana adalah fiksiana. Betapa tidak? Setiap harinya rubrik yang merangkum sub novel, cerpen dan puisi ini memajang deretan karya tanpa jeda. Inilah sejumput apresiasi untuk perajin kata rubrik fiksiana Kompasiana.

Apresiasi untuk perajin kata

Mencatut perasan kata. "Menulis fiksi adalah menuangkan perasaan dan semangat hidup dalam untaian kata-kata di atas kertas. Sebuah usaha tanpa akhir untuk mendapatkan makna-makna yang berbeda."

Sahabat kompasianer perajin kata tiada henti menuangkan perasaan. Perasaan yang menyulut semangat hidup melalui untaian kata. Beliau-beliau adalah pejuang tiada lelah. Mendedah makna dari aneka sudut pandang.

Jadilah sajian tanpa batas melalui novel kadang novelet. Menambat hasrat pembaca untuk menanti bagian demi bagian. Peramu kata begitu piawai memenggal cerita di pagar penasaran. Mohon izin saya begitu sering menyimpan dalam folder untuk dibaca berurutan tanpa jeda.

Begitupun sahabat penyaji cerpen. Aneka genre dari romansa hingga misteri. Lompatan rasa yang apik begitu kaget tertelikung di ujung. Twist yang begitu sering tak terduga. Tanda kepiawaian sang perajin memikat pembaca.

Puisi menempati urutan terbanyak dari senarai isi fiksiana. Puisi itu menari, demikian kutipan dari Rumah Puisi di Bukittinggi. Terasa benar liukan puisi dengan gerakan yang dinamis antara gemulai dan libasan cepat.

Selalu kagum dan tak henti berdecak untuk aliran karya dari para sahabat peracik kata ini. Beliau memaknai karya sebagai cagar aksara. Merawatnya dengan cermat, menjaga aliran ide agar tidak mampat.

Sesekali mendapat bonus karya fiksiana dalam bahasa daerah. Semisal geguritan, puisi dalam Bahasa Jawa. Begitupun cerkak, carita cekak alias cerpen. Semakin diperkaya dengan gurindam dan pantun dalam bahasa daerah Banjar pun Manggarai.

Karya fiksiana buah dari proses kreasi tiada henti. Tak hanya menabur diksi namun menjalinnya dengan rasa sehingga penuh arti. Menghantarkan pembelajaran tanpa nada menggurui.

Suka namun tidak bisa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline