Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Piknik Pingli Hulu Garang: Jarak Kepyar dan Capung

Diperbarui: 13 Maret 2019   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piknik Pingli Hulu Garang (dok pri)

Aneka cara menikmati piknik. Bagi kami warga Salatiga yang menjadi bagian kawasan USA (Ungaran-Salatiga-Ambarawa) hampir setiap sudut kawasan memikat. Tergantung gaya piknik seseorang, pinggiran kalipun bisa jadi pilihan piknik menarik. Mari piknik pingli hulu kali Garang.

Nah, mari singgah di pinggir kali Garang hulu, tepatnya sekitar pasar tanaman Pingli di jalan Patimura Ungaran. Pasar tanaman, kawasan pedagang tanaman hias, batu kali hias dan ornamen taman. Bahkan tersedia semacam resto joglo Pingli. Suasana penunjang utamanya tentunya aliran kali yang tertata rapi.

Pingli (pinggir kali) (dok pri)

Bentang alam dan meander sungai Garang

Mari tebarkan pandang ke bentang alam sekitar kali. Layangkan mata ke bagian hulu terlihat gagahnya G. Ungaran yang menjulang. Ke arah hilir terlihat punthuk, semacam bukit kecil melatar aliran kali Garang yang meliuk membentuk meander sungai. Aliran sungai yang secara bentang terlihat bentukan huruf S yang saling sambung.

meander mini kali Garang (dok pri)

Terutas tanya, mengapa ya koq sungai tidak membentuk aliran lurus dari hulu ke hilir? Bukankah garis lurus adalah jarak terdekat, agar aliran dari mata air segera bertemu muara? Kalau ada jalan pintas mengapa harus meliuk yang menambah jarak tempuh?

Ternyata aliran sungai tak setenang yang terlihat. Ada daya dorong gerak dari hulu ke hilir. Bersua dengan tentangan saat berjumpa tebing dengan batuan keras. Tak harus memaksakan arah, ada saat perlu berbelok di jalur batuan lunak agar air tetap mengalir. Jadilah meander, aliran sungai berkelak-kelok.

Sepanjang alirannya, sungai menjadi sarana berkah. Mulai dari sarana irigasi bagi petani, sarana transportasi, hingga rekreasi. Yang menyedihkan adalah saat sungai diperlakukan sebagai 'bak sampah' memanjang.

Jarak Kepyar dan Capung

Jarak Kepyar (dok pri)

Menuju tepian sungai kali Garang, terpikat dengan rumpun jarak kepyar (Ricinus communis L.). Tampilan buahnya sekilas mirip dengan buah rambutan dengan pola daun menjari. Teringat cerita ibu bapak di zaman penjajahan Jepang, masyarakat menggunakannya sebagai penerang malam. Masyarakat belajar dari alam tentang energi yang terbarukan.

Melewati hamparan sawah yang pada musim kemarau beralih rupa menjadi hamparan tanaman melon. Hamparan tanah sawah dengan penampakan tanah mulai meretak menyambut musim kemarau. Kinjeng, capung atau kami menyebutnya ndokiyik beterbangan di hamparan ini. Selain motif sayap batik, terlihat cukup banyak jenis capung merah kesukaan masa kecil kami.

Capung bioindikator ekosistem (dok pri)

Secara ekologis, keberadaan capung yang cukup banyak dan beragam merupakan bioindikator ekosistem yang masih sehat. Pada ekosistem yang tercemar jumlah maupun keragaman capung terbatas. Capung merespon perlakuan pengelola lahan atas input yang dicurahkan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline