Rasa bahasa, bagaimana bahasa memiliki rasa? Menikmati artikel yang tayang di kompasiana, mengenali aneka rasa bahasa.
Kompasiana ibarat dapur umum. Para koki peracik kata menyajikannya dalam aneka rasa bahasa. Mari belajar rasa bahasa di Kompasiana.
Rasa Bahasa
Menyoal rasa bahasa, berguru pada sahabat yang penulis produktif. Beliau bertutur bahwa rasa bahasa berkaitan dengan gaya bahasa. Berpijak pada pemahaman bahwa bahasa adalah bagian dari cara menyapa pembacanya.
Gaya bahasa tidak melulu pada kaidah berbahasa namun lebih pada seni meramu bahasa. Proses panjang tanpa jemu menulis dan menulis sehingga didapat ramuan yang tepat. Komposisi yang khas antar penulis.
Mari simak dan cicipi karya akbar di Kompasiana. Sungguh banyak tulisan yang membuat pembaca tak mau berhenti sebelum kata terakhir. Ada saatnya manggut-manggut, boleh ngakak juga, tak jarang menghadirkan rasa gemas.
Banyak tulisan dengan rasa bahasa yang renyah, enak diikuti dan membuat pembacanya merasa nagih. Ada pula artikel dengan rasa bahasa sejuk menenangkan. Bertebaran buah pikir dengan after taste memikat, gaung tulisan yang tak mudah terlepas dari indera perasa.
Berkaca diri ingin membalur rasa pada tulisan sendiri yang sering hambar dan kurang menguarkan greget. Atau 'mengempukkan' sajian bahasa yang alot, sulit dicerna dan cenderung membuat keloloten alias tertelan utuh tanpa kesan.
Rasa Bahasa dan Sajak
Banyak sahabat memberikan tips untuk mendapatkan rasa bahasa tulis yang enak adalah dengan cara belajar membuat dan membaca sajak-sajak. Sajak menjadi acuan bagaimana meramu tulisan ringkas, bernas memikat. Pemilihan diksi apik dan guru lagu yang melodis.
Puisi adalah bahasa rasa. Penulisnya mencurahkan rasa, mengolah rasa dari apa yang dilihat, didengar ataupun dipikirkannya. Seni berpuisi senada dengan olah rasa termasuk rasa bahasa.