Kompasiana, rumah bersama K'ner berusia 10 tahun. Terbayang bak rumah besar tanpa pembatas masif. Hanya aneka 'rana' partisi penyekat ruangan sebagai gawang pembatas etis dalam olah tulis. Begitukah?
Rana penjaga privasi
Teringat komposisi rumah beberapa dekade lalu. Rumah utama berbentuk bangunan ruang menyatu. Sebagai pembeda fungsi ruang ataupun menjaga privasi digunakan rana.
Rana dalam bahasa Jawa, senada dengan partisi dan sketsel . Bermakna sebagai partisi penyekat ruangan. Pada umumnya terbuat dari kayu dari polosan hingga berukir rumit. Variannya dari anyaman bambu, rotan hingga kain berpigura.
Bersifat portable, mudah dipindahkan, mengubah ruangan menjadi lebih sempit atau bahkan meluas. Bentuknya lebih tipis dari tembok, tidak masif apalagi kedap suara. Bahkan sering membiaskan aktivitas dalam ruangan yang disekatnya.
Rana ini diakui sangat efektif menjadi pembatas. Meski tanpa pintu berkunci, ada keseganan untuk memasuki areal berpembatas rana ini. Semacam kode etik, saru dan ora ilok merambah ruang privasi.
Kini rana lebih bersifat sebagai pembatas estetika. Semisal pembatas di depan kamar mandi. Juga diberbagai fasilitas umum. Aneka corak dengan sentuhan kekinian menjadikan rana sebagai properti cantik.
Rana maya dan rumah Kompasiana
Kompasiana ibarat rumah besar bersama bagi K'ner. Ratusan ribu K'ner berteduh, ada yang singgah sejenak hingga yang menetap. Terjalin interaksi antar penghuni dari friksi hingga cinta lokasi.
Kompasiana menjadi komunitas dunia maya tanpa pembatas masif. Setiap pembaca dapat mengakses tulisan apapun suguhan siapapun. Ibaratnya masuk ke kamar siapapun mengintip hingga menelisik aneka koleksinya.
Peselancar dunia maya dapat mengakses informasi apapun untuk keperluan apapun. Kini keberadaan rana sebagai penyekat hingga penyaring tidak lagi berada di ruangan nyata. Hadirlah rana maya yang bersemayam di ruang hati para pengguna.