Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Kembali Rindu Kehadiran "Holopis Kuntul Baris"

Diperbarui: 31 Juli 2018   04:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rindu kuntul (sumber: tribunnews.com)

Seruan holopis kuntul baris menyeruak dari lapisan memori masa kecil. Para tetangga melaksanakan sambatan (hajat gotong royong) mengganti genteng rumah. Barisan gotong royong, estafet saling ulur genteng hingga ke atap dengan seruan holopis kuntul baris.

Adegan lain, gotong royong gugur gunung membuat talud sungai. Para peserta estafet batu dengan seruan yang sama. Begitu pun saat melihat tentara berbaris melintasi desa kami dengan semangat menyerukan slogan yang sama.

Melodi holopis kuntul baris terasa magis, menguarkan semangat bergelora. Menyatukan segenap daya untuk mencapai tujuan bersama. Masing-masing melebur ego menggapai cita.

Holopis kuntul baris

Kata holopis  kuntul baris dipergunakan oleh Bung Karno (Presiden pertama RI) dalam pidato beliau, untuk membakar semangat warga. Melalui intonasi khasnya beliau meniupkan semangat kepada rakyat untuk cinta tanah air. Gelombang semangat yang disalurkan melalui gelombang suara.

Seruan holopis kuntul baris mendapat muatan pepatah saiyeg saeka praya. Bersehati mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. Tanpa melepas identitas pribadi, meraih kebersamaan. Dibalut dengan semangat kebersamaan untuk melakukan sesuatu yang terasa sangat berat bila dilakukan sendirian.

Beberapa telaah menyebutkan holopis kuntul baris hasil selip lidah dari seruan "help, iets ontilbaars". Teriakan para awak kapal saat minta tolong karena ada barang yang tidak terangkat. Adopsi lidah dan telinga menjadi holopis kuntul baris.

Tiga suku kata sederhana. Digelorakan dengan cara yang tepat. Apabila diserukan oleh pribadi yang pas dan direspon secara tulus menghasilkan energi positif yang luar biasa.

Seruan itu kini jarang terdengar. Apakah telah kehilangan makna semangatnya? Ataukah pendengar luntur kepercayaan kepada penyerunya?

Melalui kontekstualisasi kekinian, saya yakin daya dari seruan ini masih berlaku. Menempatkannya dalam konteks kekinian untuk menyatupadukan daya guna pencapaian tujuan mulia bersama. Perlu ketulusan penyerunya dan kesehatian pendengarnya. Mewujudkan kata ucap menjadi kata tindak yang berenergi tinggi.

Menyoal si burung kuntul

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline