Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Belajar Kearifan Lokal dari Petani saat Hadapi Fenomena Embun Beku

Diperbarui: 11 Juli 2018   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews.com

Beberapa hari ini cuaca di Salatiga dan beberapa daerah lain terasa dingin menusuk. Daerah Kopeng dan Ngablak yang berada di pinggang Gunung Merbabu, suhu mencapai sembilan derajat Celcius saat dini hari yang membuat penduduk menggigil. 

Sahabat dari Dieng mewartakan terjadi embun beku yang datang lebih awal. Mari sedikit mengkajinya dari pranata mangsa salah satu kearifan lokal bangsa Indonesia.

Mangsa Bedhiding Mari Belajar Membaca Tanda Alam

Teriknya udara di siang hari dan anjloknya suhu di saat dini hari terasa ekstrim. Masa kecil kami, orang tua menyebutnya mangsa bedhiding. Orang tua mengizinkan kami bermewah ria saat pagi dengan sekedar bediang, menghangatkan diri di depan perapian dapur. Kini saya mengenangnya sebagai kemewahan ada perapian nih di rumah. Ibu secara berkala membalur kaki tangan kami dengan minyak kelapa, yang kini digantikan oleh hand body lotion.

Secara kosmik, pada rentang waktu ini matahari berada pada jarak terjauh di lintang Utara belahan bumi. Meski sebenarnya bukan matahari yang mengitari bumi, namun bumi yang memutari bumi sambil berotasi pada sumbunya. Benua Australia yang berada di Selatan mengalami musim dingin.

Angin dingin dari Australia bertiup ke arah khatulistiwa melewati samudera nan luas. Mengirim angin dan udara dingin terutama di Pulau Jawa bagian Selatan. Cuaca terasa kering dan dingin.

Mari tengok sejenak bentang alam Dieng. Suhu malam hari terasa sangat dingin, angin hampir tak mampu mengangkat udara dingin dari daerah cekungan di wilayah pegunungan. 

Petani pandai membaca alam, embun beku bakalan menyelimuti areal ladang kentang di dataran tinggi Dieng. Saat temaram subuh petani bergegas menenteng gulungan selang panjang. Dimandikannya lahan kentang dengan semprotan air. Bila derajat embun beku tak terlalu pekat, cara ini berhasil menyelamatkan panenan.

Menyiram tanaman kentang dini hari (Dokumentasi Pribadi)

Petani setempat menjulukinya embun upas. Embun yang mematikan. Membumikan bahasa fisika, anomali air yang memuai saat membeku. Bila cairan sel membeku dan memuai, sederhananya pecahlah dinding sel. Akibat fatalnya tanaman mati, petani gagal panen alias puso.

Beragam informasi melalui WA kami terima. Seorang sahabat dari Wonosobo berbagi, mari dulur tani yang belum menanam kentang, benamkan bibit lebih dalam. Bagi yang sudah menanam mari dangir dan bumbun lebih tinggi. Kali ini embun beku datang lebih awal. Berbagi informasi cara menyiasati perubahan datangnya mangsa bedhiding.

Alam bersurat, tanda berkata. Cuaca yang sangat kering merupakan sasmita atau tanda alam. Saatnya mewaspadai titik-titik api pemantik kebakaran hutan. Siapapun perlu waspada dan tunduk pada penataan alam. Dengan teknologi kini dikemas dalam sistem peringatan dini kebakaran hutan dengan bantuan satelit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline