Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Taman Kota yang Ramah "WULAN"

Diperbarui: 29 Mei 2020   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Begonia Lembang ramah lansia (dok pri)

Menjadi tua adalah proses alamiah, usia tua adalah karunia dan menyikapi hari tua adalah pilihan. WULAN, atau singkatan dari Warga Usia Lanjut, sering ditandai dengan memutihnya rambut, meski tidak selalu karena beberapa anggota wulan tetap berambut hitam. Atau sebaliknya masih tergolong usia muda namun sudah berambut putih.

Kapan sih seseorang disebut tua? Ada berbagai kriteria pada umumnya dimulai usia 60 tahun ke atas. Ada lagi yang memilah menjadi lanjut usia (elderly) dari 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Warga lansia Indonesia (sumber:databoks.katadata.co.id)

Secara Nasional, warga lanjut usia juga bagian dari sumberdaya manusia yang tak terpisahkan. Menyimak pilahan penduduk Indonesia berdasarkan umur, terbentuk piramida tipe ekspansif. Dicirikan oleh piramida yang melebar di alas, cembung di bagian tengah atau penduduk usia muda. Bagian puncak yang meruncing adalah warga lanjut usia.

WULAN menjaga kebugaran tubuh

Tidak dapat dipungkiri saat seseorang menjadi tua terjadi banyak perubahan, dimulai dari menyusutnya kekuatan fisik. Beberapa anggota WULAN mulai mengalami kemunduran kegesitan gerak. Menjadi tua dan tetap menjaga kebugaran tubuh adalah dambaan dan buah dari rajin gerak badan.

Tanpa pemahaman dan penyiapan diri yang tepat, kita bisa memasuki masa tua dengan tergagap-gagap. Keberadaan komunitas, wadah komunikasi para sepuh semisal paguyupan adiyuswa, WULAN (warga usia lanjut) sangat bermanfaat untuk memfasilitasi upaya pemahaman dan penyiapan diri agar mampu menikmati masa tua dengan bahagia.

Untuk tetap menjaga stamina utamanya adalah dorongan dari dalam diri, begitu cerita para sahabat WULAN yang bertubuh bugar. Saat tubuh loyo segera istirahat sejenak seraya mengingat tubuh ini pernah perkasa dizamannya. Sehingga sambil tersenyum bisa melanjutkan gerak badan ringan menjaga kebugaran.

Ada semangat tetap beraktivitas dan aktivitasnya berarti bagi lingkungan meski sekecil apapun. Sajian artikel, Togaten kampung proklim pertama di Salatiga, juga dimotori oleh para lansia. Barisan berambut putih mencintai bumi dengan cara dan gaya keteladanan hidup sehat.

Selain faktor internal, diperlukan juga dorongan dari faktor eksternal terutama lingkungan terdekat yaitu keluarga. Sangat membahagiakan saat berjalan pagi di hari libur berjumpa dengan eyang-eyang yang berjalan pelan ditemani oleh putera dan cucunya, bergantian mereka berlari kecil dan kembali merendengi sang eyang yang berjalan pelan-pelan.

Pun juga ikatan antar sesama anggota WULAN, di lapangan Pancasila Salatiga bahkan stadion Kridanggo, sekelompok kecil warga WULAN berjalan pagi bersama menjadi pemandangan yang lazim. [Begitupun Ibu yang sudah yuswa 76 tahun secara rutin jalan pagi bersama sesama kasepuhan PJS alias paguyuban jalan sehat, jalan bersama, bersendau gurau, bernostalgia, saling bercerita anak cucu dan seringnya diakhiri mampir bersama di warung soto dll.]

Taman Kota ramah WULAN

Faktor eksternal lain yang dapat disediakan oleh Pemda setempat adalah keberadaan taman kota, bagian dari ruang publik terbuka nan hijau. Penataan taman yang memadukan keindahan, ciri khas alias land mark kota serta fasilitas gerak badan semisal jalan sehat pastilah jadi dambaan warga. Bagi warga lansia, keberadaan track yang 'ramah lutut' relatif datar tanpa banyak anak tangga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline