ASEAN travel pada bulan April 2018 melansir berita yang juga diperkuat oleh Antaranews, badan UNESCO global geopark menominasikan 13 global geopark baru, 4 (empat) diantaranya berasal dari ASEAN.
Keempatnya adalah Ciletuh Pelabuhan Ratu dan Rinjani-Lombok dari Indonesia, Satun dari Thailand serta Cao Bang dari Vietnam. Dengan demikian ASEAN memiliki 8 UNESCO global geopark dan 50% nya berada di Indonesia. Untuk keseluruhan, UNESCO global geopark didominasi oleh China sebanyak 37, disusul oleh Italia sebanyak 10 dan Jepang dengan 9 global geopark.
UNESCO global geopark, Gunung Batur Bali, Gunung Sewu yang terbentang dari Gunung Kidul DIY hingga Pacitan Jawa Timur, kini Ciletuh Pelabuhan Ratu dan Rinjani-Lombok, memiliki keistimewaannya masing-masing.
Kerja keras tim untuk mempersiapkan pengakuan ini tidak berhenti karena secara berkala akan dilakukan evaluasi/validasi ulang. Memuliakan warisan bumi (Celebrating Earth Heritage) dan menjamin keberlanjutan masyarakat lokal (Sustaining local Communities) merupakan sinergi yang harus hidup pada UNESCO global geopark.
Sinergi publisitas eduwisata, edukasi pengunjung maupun masyarakat setempat merupakan pekerjaan rumah yang berat bagi setiap stakeholder.
Memahami, memaknai dan memelihara berkah merupakan rantai yang tiada henti dalam pemeliharaan taman bumi (geopark), bukan hanya masalah fisik geologis atau kebumian saja namun juga sekaligus memuliakan budaya setempat yang bernilai luhur. Sangat perlu diantisipasi agar membludaknya pengunjung oleh gencarnya promosi dapat selaras dengan butir-butir keberadaan taman bumi yang harus diupayakan.
Sebagai contoh saja, Langkawi yang merupakan 1st UNESCO global geopark di ASEAN. Pemerintah Daerah setempat menggunakan penghargaan ini sebagai ikon utama mulai dari bandara, tempat-tempat wisata umum.
Promosi yang bukan pepesan kosong karena mendatangi setiap geoarea yang diwartakan, pengunjung mendapatkan pembelajaran relasi manusia-alam-penciptanya.
Semisal pada atraksi island hopping, kami nyeletuk bahagianya ya elang di sini terpelihara habitatnya, pelaku wisata setempat menjawab bukan kami yang memelihara, justru elang dan alam yang memelihara kami. Mak jleb ....pernyataan yang sungguh menohok begitu dalam cara penghargaan masyarakat setempat terhadap alam.
Kalau beberapa artikel terakhir saya membahas taman bumi atau geopark, sebagai ungkapan suka cita komponen masyarakat. Selamat, mari menyambut berkat penetapan UNESCO global geopark Ciletuh dan Rinjani dengan sepenuh tanggung jawab, demi memuliakan warisan bumi dan menjamin keberlanjutan masyarakat lokal. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H