Pabrik pupuk di lahan petani? Mungkinkah? Bukankah selama ini petani menjadi pelanggan pabrik pupuk, menerima formula jadi dan tetiba menjadi owneralias pemilik sekaligus manajer pabrik pupuk sendiri. Pabrik-nya pun sungguh berada di lahan petani. Mari simak paparan berikut ini.
Petani dan Pupuk
Ketergantungan petani akan input pupuk dalam kegiatan usaha taninya semakin terasa. Tuntunan peningkatan produktivitas, kontinyuitas produk menyebabkan meningkatnya intensitas penggunaan lahan dan pengurasan hara dari dalam tanah. Tanpa penambahan input pupuk yang memadai pada gilirannya akan terjadi kemunduran kesuburan tanah.
Begitu banyak sumber pupuk penyedia hara alami yang berada di sekitar lahan petani. Mengacu prinsip LEISA Low External Input for Sustainable Agriculture, input eksternal rendah untuk pertanian berkelanjutan, kita bisa memaksimalkan peran input internal sesuai dengan karakteristik khas daerah setempat. Ya, semacam pabrik pupuk di lahan petani. Berikut adalah aneka model pabrik pupuk di lahan petani.
1. Azolla di sawah petani
Azolla pinata alias paku air tawar, berwarna kehijauan mengapung di persawahan. Tumbuhan ini bersimbiosis dengan mikroorganisme bakteri Anabaena azollae yang mampu memfiksasi nitrogen dari udara bebas. Prinsip ini diadopsi oleh pabrik pupuk nitrogen. Jumlah hara yang disumbangkan oleh kerjasama A. azollae dan A. pinata ke dalam tanah sawah lumayan banyak dan mengurangi penggunaan pupuk pabrikan. Dari beberapa telaah, kemampuan Azolla menyumbang pupuk hingga mendekati sepertiga kebutuhan pupuk.
Saat para petani menginjak-injak paku air tawar ini dan memasukkannya ke dalam tanah, beliau sedang memanen hasil pabrik pupuk nitrogen. Beliau menjadi pemilik dan manajer pabrik pupuk nitrogen di lahannya sendiri, pabrik pupuk tanpa membayar pajak dan menggaji pegawai cukup menjaga hubungan baik-baik saja dengan Azolla si paku air tawar. Kalau petani menyebutnya memakai pupuk hayati, bukan saja karena pabrik pupuk-nya berada di sawah ibu Hayati, namun juga melibatkan peran mikroorganisme alias biofertilizer.
2. Jerami di sawah petani
Saat panen padi adalah masa yang menggembirakan. Sebagian petani menumpukkan jerami dan menyusunnya menjadi semacam piramid eksotik di beberapa titik sawah, seperti yang saya lihat di Desa Andong, Kabupaten Boyolali. Beberapa bahkan menambahkan mikroba perombak jerami sehingga lebih cepat terurai menjadi pupuk kompos. Panenan kompos ini menjadi pupuk pada penanaman berikutnya yang disusul dengan tumpukan jerami baru lagi.
Para petani sungguh arif, beliau menerapkan prinsip mengambil dan mengembalikan ke dalam bumi. Hasil analisis menunjukkan bahwa jerami padi ini kaya akan unsur Kalium. Dengan menumpuk, membusukkan dan kemudian mengembalikan kompos jerami ke dalam tanah para petani sedang memanen hasil pabrik pupuk kalium. di sawahnya sendiri. Beliau menjadi pemilik dan manajer pabrik pupuk kalium di lahannya sendiri, kalau ditanya merek dagangnya apa? Jawabnya, rasah utang rasah mbayar, tidak usah berhutang, tidak perlu membayar.
3. Pangkasan Tithonia diversifolia dan lahan sayur