Lihat ke Halaman Asli

novy khayra

Aspire to inspire

Konflik Rusia-Ukraina Akankah Menyulut Perang Dunia III?

Diperbarui: 4 Maret 2022   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perang nuklir dengan ledakan Bom Atom (Sumber : Paragram.id)

Invasi yang terjadi oleh Rusia terhadap Ukraina disebut-sebut oleh Putin, Presiden Rusia, sebagai bentuk pertahanan dirinya dari NATO. Putin beralasan bahwa penyerangan yang dilakukan adalah pencegahan pembangunan pangkalan militer di Ukraina yang dapat membahayakan ibu kota Rusia yaitu Moskow.

Disisi lain, media juga memberitakan keprihatinan para rakyat Ukraina yang harus mengungsi dari negaranya karena serangan-serangan bom yang dilancarkan oleh Rusia. Presiden Ukrainapun meminta simpati negara-negara di dunia dengan memberikan sanksi hukuman terhadap Rusia. Tidak terkecuali FIFA persatuan olahraga yang janjinya tidak tercemari oleh urusan politik.

Menyikapi hal itu, Indonesia telah menyerukan pernyataan perdamaian yang telah dikeluarkan oleh Presiden Jokowi. Melihat keadaan seperti ini, akankah Peran Dunia III akan terjadi? Apa yang membedakan dengan perang dunia II? Bagaimana Indonesia bersikap terhadap hal ini berdasarkan politik bebas aktif cetusan pendiri negeri ini?

Dalam Perang Selalu Terselubung oleh Kepentingan

Banyak artikel dan sikap netizen yang mendukung Rusia karena alasan pertahanan diri, Kharisma Putin sendiri, hingga sikapnya yang pro terhadap Islam. Tentu saja hal ini jauh berbeda dengan sikap barat yang lebih mendiskreditkan Islam bahkan sejak tahun 2000 mem-framing Islam sebagai musuh baru dunia dengan sebutan teroris.Walaupun tidak sedikit juga netizen yang turut mengecam karena urusan kemanusiaan.

Meski demikian, tidak baik jika kita menyatakan sikap terang-terangan pro Rusia sebagaimana halnya negara-negara komunis seperti Cina, Korea Utara, dan Iran. Mengapa? karena kita masih dikuasai barat, alasan detilnya akan saya sampaikan pada bagia sub judul politik bebas aktif Indonesia.

Putin sebenarmya melakukan tindakan yang bijak untuk negaranya, tapi tidak untuk kemanusiaan. Analogi yang dilakukan Putin menurut saya mirip yang dilakukan Presiden Harry Truman saat menjatuh Little Boy sebutan Bom Atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 lalu. Kebijakan AS saat itu dilakukan akibat penyerangan tentara Jepang di Pearl Harbour sekaligus senjata pamungkas mengakhiri PD II.

Bahasa implisit yang ingin dikatakan Presiden Truman saat itu adalah "Jangan mencoba macam-macam dengan AS". Sebab bisa saja AS tidak menjatuhkan Little Boy atas alasan kemanusiaan bahwa akan ada banyak nyawa yang melayang. Tapi jika tidak dilakukan, Jepang akan semakin "kurang ajar" terhadap AS dengan melakukan penyerangan-penyerangan lanjutan setelah peristiwa Pearl Harbour.

Penyerangan Rusia terhadap Ukraina adalah kebijakan yang hampir sama dengan sejarah diatas termasuk ancaman meledakkan bom nuklir. Rusia ingin menyampaikan kepada Presiden Ukraina. agar jangan macam-macam dengan Rusia terlebih jika Ukraina dan NATO membangun pangkalan militer di perbatasan Ukraina-Rusia.

Namun apakah hanya itu? Tidak. Nyatanya Ukraina juga negara dengan SDA yang kaya. Artinya, jika memang Rusia bisa menginvasi Ukraina dan menjadikannya bagian dari negaranya, Rusia diuntungkan banyak juga. Strategi yang sama yang dilakukan AS saat invasi Irak, Libya, Afganistan, dsb. Hanya bedanya AS menempatkan Presiden boneka untuk mendapat kepentingannya. Saya tidak tahu apakah jika benar-benar Ukraina terinvasi, Rusia akan meniru hal yang sama secara samar (dengan menempatkan Presiden Boneka) seperti AS, atau akan secara terang-terangan mengakuisisi Ukraina sebagai bagian dari wilayahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline