Lihat ke Halaman Asli

novy khayra

Aspire to inspire

Mutasi Varian Super Covid Menurut Perspektif Sains - Spiritual

Diperbarui: 16 Juli 2021   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary Pandemi (sumber: dok. pribadi)

Dalam manajemen mitigasi bencana, waktu itu sangat berharga. Artinya semakin cepat gerak kita melakukan prosedur pertolongan, maka akan banyak nyawa yang akan terselamatkan. Oleh sebab itu, tidak perlu lagi menyiapkan scenario hingga 100.ribu kasus perhari. Karena seperti kemarin yang 56 ribu perhari itu saja sudah mencengangkan dan mengkhawatirkan.

Terlebih ada berita banyaknya orang isoman meninggal dunia di rumahnya sendiri. Bahkan berita lokal tempat saya tinggal, ada orang isoman yang mayatnya membusuk hingga harus diangkut damkar karena tidak ketahuan telah beberapa hari.

Paradigma di dalam Sains dan Spiritualisme

Sebelum saya membahas lebih jauh, saya ingin berbagi cara saya berpikir terlebih dulu. Supaya lebih mengena di pikiran dan hati serta tidak menganggap analisa saya berhalusinasi. Dalam Sains atau ilmu pengetahuan terdapat berbagai pendapat dari ahli mengenai paradigma. Namun, paradigma yang populer diajarkan di jurusan Ilmu Komunikasi baik dosen-dosen saya yang di Undip maupun UGM memfavoritkan 3 aliran besar  ini yaitu Positivisme, Interpretif dan Kritis.

Ciri utama Sains adalah harus bisa diterima akan (rasionalisme) dan dibuktikan atau biisa dilihat (empirisisme). Jika tidak bisa memebuhi syarat itu maka dianggap diluar sains termasuk pada bidang agama, spiritual, dan supranatural. Setidaknya itulah tren atau budaya yang diwariskan dari abad 19 sejak terjadi revolusi industri hingga abad 21 ini.

Sains berjasa terhadap kemajuan zaman, seperti penemuan teknologi, kesetaraan jender, dan menghambat terjadinya peperangan lagi. Tapi Sains juga yang bersalah dengan hilangnya ras Indian dan aborigin, serta perbudakan dan rasisme bangsa kulit berwarna. Masih sebatas hipotesa apakah karena sains juga bahwa tolok ukur kesuksesan diukur dari bentuk fisik, kelimpahan materi, dan tingginya jabatan dan jenjang sekolah, sehingga yang tidak memiliki pencapaian salah satu diantaranya dianggap rendah?

Tidak kalah poluler dengan Sains, ilmu spiritual dan supranatural juga memiliki tempat di hati masyarakat dunia. Dari barat misalnya, Paranormal yang terkenal yang saya ketahui adalah Nostradamus dan Edgar Cayce yang saat ini bukunya belum selesa juga saya baca. Dari Timur Nusantara, terdapat Jongko Jayabaya, Ramalan Ronggowarsito, dan Prediksi Prabu Siliwangi.  Semua perkataan mereka tidak bisa dikatakan sebagai omong kosong, karena banyak yang sekarang terbukti, walau tidak bisa dianalisa secara ilmiah menurut Sains.

Covid-pun juga tidak bisa serta merta diselesaikan dengan solusi ilmiah, sama halnya kaum-kaum yang dalam Al-Quran yang telah diazab adalah karena penyimpangan dosa dengan penyebanya yang tidak ilmiah. Namun bisa dijelaskan dari sisi relijiusitas dan spiritualitas.

Solusi hidup masa depan seperti yang diramal oleh Edgar Cayce adalah perpaduan sains dan spiritual, setidaknya itu cara terbaik jika masih ingin berdamai dan hidup untuk tinggal di bumi. Kecuali ingin berhijrah ke Mars bareng Elon Musk ya..

Sama halnya Sains, ilmu Spiritual yang juga memilki paradigma tidak terkecuali prekognisi (membaca masa depan), menurut Cayce terdapat 2 paradigma yaitu Prediksi dan Prophecy.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline