Judul ini bukan bermakna kiasan, melainkan dalam arti sebenarnya. Sebuah tekad dari pikiran saya yang selalu membatin setiap melewati sebuah jalan yang banyak lubang untuk menjadikan ini bahan tulisan agar bisa jadi masukan dimasa depan.Kembali kepada judul, apakah jalan berlubang membawa maut?
Flashback ke tahun 2020, sebuah kabar duka datang dari seorang dokter panutan yang sudah terkenal karena kebaikannya dan memiliki rumah sakit yang cukup besar telah meninggal dunia. Ketika kebanyakan orang akan mengira bahwa dia meninggal karena covid, nyatanya bukan. Dokter ini meninggal karena lubang dijalan beraspal saat sedang mengendarai moter gedenya. Lalu saya teringat kejadian yang serupa pada tahun 2008, meninggalnya aktor kenamaan tempo dulu Sopan Sofyan juga karena ban motor mogenya masuk lubang sehingga menyebabkan jatuh kemudian meninggal dunia. Hmmm... ada apa dengan lubang-lubang jalan ini? Kenapa tidak berubah padahal sudah 12 tahun berlalu?
Saya yakin bahwa kasus ini pasti juga banyak terjadi pada banyak orang yang mungkin banyak yang tidak teridentifikasi.Peristiwa paling fatal akibat jalan berlubang adalah pemotor yang jatuh dijalan beraspal, naasnya langsung disambut dengan truk besar sehingga meninggal seketika.
Dulu, kota asal saya juga demikian, sering sekali ditemui jalan berlubang karena sering banjir jadi aspal terkikis dan membuat jalan menjadi buruk. Sehingga hal seperti ini bagi warga Semarang adalah "Taken For Granted" alias takdir. Namun nyatanya berubah setelah Kepada Daerahnya berganti.
Saatnya Mengubah Infrastruktur yang Efektif
Menurut saya (sebagian) masyarakat/ birokrasi kita masih memiliki mindset "Kalau bisa dipersulit, untuk apa dipermudah?" tanpa mengerti konsep hukum alam "kamu menuai apa yang kamu tanam". Jika kamu mempersulit hidup orang, Tuhan juga akan mempersulit hidupmu, dan jika kamu mempermudah hidup orang, Tuhan akan mempermudah hidupmu juga. Lalu hubungannya dengan jalan aspal?
Jalan aspal dibeberapa tempat kadang asal-asalan dibikin. Biasanya setahun dibuat, lalu berlubang. Kemudian ditambal lalu berlubang lagi, begitu seterusnya tiap tahun. Seperti tidak belajar dari kesalahan sebelumnya atau entah hanya sengaja sekedar pencairan dana tapi hasilnya tidak efektif alias nihil.
Begitu beresikonya jalan berlubang ini, saya pikir semua pemda di Indonesia bersama instansi terkait terutama Kemen PU perlu dapat memetakan jalan-jalan berlubang ini agar bisa diganti jalan terbuat dari bahan beton yang tidak menyusahkan pengendara. Mungkin biaya awal memang lebih mahal, tapi jika diakumulasikan dari tahun ke tahun tentunya lebih hemat dan tidak mubadzir seperti penambalan jalan yang berulang. Jatuhnya lebih boros dan bikin jalan nggronjal-nggronjal atau tidak rata bahkan menimbulkan korban jiwa
Atau bilamana ada bahan jalan jenis lain yang setidaknya mengurangi kematian karena kecelekaan lalu lintas. Meskipun saya yakin 20 sampai 30 tahun kedepan jalan mulus sudah tidak terlalu penting, ketika semua kendaraan sudah menggunakan sistem drone atau mobil terbang.