Pasien (Masyarakat) Bebal
Pagi ini tetangga saya yang profesi perawat cerita bahwa kemarin ada pasien yang punya keluhan yang gejalanya mirip covid19. Tapi pas ditanya riwayat perjalanan kemana ga mau ngaku. Baru masuk ke ruang dokter, dia mengaku kalo dari plesiran di Jakarta .
Bagaimana jika dia benar tertular covid tapi sempetnya berbohong dulu? Resiko sangat tinggi untuk orang2 yang berada di rumah sakit tersebut.
Maka dari itu sy menyarankan untuk semua rumah sakit menyiapkan bilik darurat khusus masyarakat yang merasa ODP corona. Sebab apa? Kalo biasa saja dengan pasien umum, resiko tertular mereka lbh tinggi karena pny penyakit bawaan. Begitupun tenaga medis akan lebih persiapan pertahanan diri memeriksa orang2 ini.
Selain itu, beberapa karakter masyarakat Indonesia "sakkarepe dewe" Ato "kumaha aing" akan sangat berbahaya bagi penghambatan penyebaran virus. Jika pemerintah tidak tegas, saya tidak bisa bayangkan bagaimana nanti bulan mei-juni pas musim mudik. Walau KAI sudah membatalkan semua kereta dari jakarta ke seluruh pulau jawa, bagaimana dengan bus, travel, dsb? Angkutan2 umum yg berpotensi menularkan tanpa diketahui sumbernya.
Jika telah menyebar ke seluruh Indonesia, tenaga medis akan kualahan. Bahkan mungkin bisa telah bertumbangan dengan ketidakdisiplinan, kebebalan, kebandelan beberapa masyarakat ini.
Lalu berlakulah seleksi alam seperti film2 distopia. Bahwa yang imun kebal akan bertahan hidup. Sebagian kecil akan diamankan ilmuwan untuk diuji genetiknya untuk menciptakan peradaban baru manusia2 yg lebih humanis dan menghargai alam.
"Dan jika kamu berpaling niscaya Allah akan mengganti(mu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)." (Muhammad: 38).
"Jika Allah menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu) ...." (An-Nisaa': 133).
"Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah." (Ibrahim: 19--20).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H