Lihat ke Halaman Asli

Taufikul

www.receh.in

Senjakala Pemain Tua

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Raul Gonzalez Blanco, usianya yang baru 33 tahun ini dalam sepakbola bisa dikatakan pemain tua, meski sebenarnya baru menginjak usia 'matang'. Raul adalah raja di Real Madrid. Tapi, keputusannya meninggalkan Madrid jelas sebuah keputusan dari si tua yang "terusir". Beberapa pemain tua biasanya dengan sendirinya merasa "dicadangkan" untuk menuju kematian sepakbolanya sendiri. Mereka memutuskan pindah ke klub yang lebih tak terkenal untuk mengakhiri suatu perjalanan sebagai pemain bola. [caption id="attachment_205568" align="alignleft" width="192" caption="di ambil dari www.typicallyspanish.com"][/caption] Sebenarnya saya tak suka mengatakan bahwa beberapa pemain tua sepertinya dengan sadar menyambut senjakala sepakbolanya, namun itulah yang saya lihat. Mereka yang pernah punya sejarah, pernah jadi pahlawan, dan pernah ditempatkan dalam deretan pemain top, sepertinya dengan besar hati menerima sandungan usia sebagai keniscyaan. Sepakbola adalah panggung yang luar biasa. Orang seperti Raul mungkin sadar tentang perannya yang semakin kecil untuk Madrid. Beberapa pemain tua menunjukkan sikap yang sepatutnya kita beri applause panjang sambi berdiri dan membuka topi. Bukan karena piala yang diangkat di akhir masa sepakbolanya, namun kesediaan untuk mengalah dan pergi ke pinggir dan memberi jalan bagi yang lebih muda dan bertalenta. Dalam ingatan saya, beberapa pemain tua yang lengser dengan cara ini, cara yang sesungguhnya agak menyakitkan, menyingkir dengan rela ke klub-klub tak bernama. Ada Batistuta. Ada Kluivert... siapa lagi ya, soalnya menjadi sangat sulit menelusuri mereka yang menghilang perlahan. Seoalah, kita sebagai penggemar sepakbola, dilenakan oleh sebuah kepergian yang halus dari para tokoh lapangan hijau itu. Namun, ada juga pemain tua yang memutuskan menggantung sepatu pada puncak prestasi agar kejutannya bisa dikenang sepanjang masa. Agar perhentiannya tepat di titik sebuah piala. Tepat ketika seluruh penggemar klub merayakan kemenangan. Mengundurkan diri saat semua sedang bahagia menjadi sebuah penghiburan, sebuah perpisahan dengan gelak tawa dan rasa syukur akan tahun-tahun yang ditinggalkannya. Ada pula, pemain yang bertahan hinggan titik akhir di satu klub, seperti Maldini. Ia juga bisa jadi legenda. Raul, bagi saya, juga tetap legenda. Kita juga tak bisa melupakan peran Batistuta setelah dia hengkang dari Fiorentina. Orang-orang Firenze akan mengingatnya sebagai monumen sejarah, titik di mana mereka merayakan sepakbola sebagai kebanggaan bersama saat memenangi sesuatu. Dan, sangat sedikit pemain muda yang memutuskan keluar dari arena ketika berada di puncak ritme keperkasaannya. Eric Cantona. Tapi, mari kenang orang-orang ini sebagai bagian indah dari sepakbola. Kita akan tetap bisa mengenang mereka sebagai bagian dari kebahagiaan permainan unik ini. Zidane, Pele, Maradona, Bierhoff... banyak sekali kan, dan masing-masing memiliki momen kebahagiaan yang bukan hanya miliknya sendiri. Mereka berbagi kesenangan dengan para penggemar di berbagai belahan dunia, menerobos batas ras, agama, dan berbagai entitas budaya. Mereka yang memutuskan menggantung sepatu (semoga muncul istilah baru yang lebih baik daripada ini, seolah mereka itu pedagang sepatu) di usia tua, tampaknya makin bijaksana. van Bronkhrost dan... siapa lagi tahun ini? Mari kita beri apresiasi, apapun klubnya, apapun perannya, dunia sepakbola adalah surga kesenangan yang patut dirayakan oleh semua kelas!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline