Banyak pelajar yang ingin melanjutkan pendidikannya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Pendidikan di kawasan perkotaan besar menyediakan kualitas pendidikan yang lebih maju, fasilitas lebih lengkap, dan pengalaman yang tidak didapatkan di kota yang lebih kecil. Hal ini lah yang membuat semakin banyak pelajar yang meninggalkan kampung halamannya demi masa depan yang lebih baik. Pada awal masa perantauan, pelajar mungkin merasa antusias dengan kebebasan yang baru diperoleh karena tidak lagi ada pengawasan ketat dari orang tua. Namun dibalik kesenangan tersebut, ada realitas hidup mandiri mulai menghantam ketika mereka harus mengurus segala kebutuhan sendiri. Tantangan-tantangan tersebut tentunya harus dihadapi untuk keberlangsungan hidup.
Tantangan Finansial
Tinggal di kota besar identik dengan tingginya biaya hidup. Biaya tempat tinggal terutama di dekat kampus juga menyedot anggaran bulanan pelajar. Harga kebutuhan pokok seperti makanan dan transportasi yang relatif lebih mahal di perkotaan membuat pelajar harus lebih cermat dalam mengelola pengeluaran. Selain itu, biaya tambahan seperti buku, alat tulis, hingga koneksi internet menjadi beban ekstra yang tidak bisa dihindari.
Tantangan Sosial dan Psikologis
Tidak hanya masalah finansial, tantangan sosial dan psikologis juga menjadi tantangan baru yang harus dihadapi. Kehidupan yang jauh dari keluarga dan teman-teman di kampung halaman bisa menimbulkan rasa kesepian. Adaptasi dengan lingkungan baru, termasuk pergaulan dengan teman-teman baru yang mungkin berbeda latar belakang budaya, juga membutuhkan waktu dan kesabaran. Selain itu, tekanan akademis yang tinggi di kota besar seringkali membuat pelajarmerasakan stres berlebihan. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa berujung pada masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Kunci Bertahan Hidup di Kota Besar
Banyak pelajar perantau yang masih minim pengalaman dalam mengelola keuangan pribadi. Kondisi ini seringkali menimbulkan masalah ketika mereka harus mengatur anggaran untuk kebutuhan sehari-hari. Agar tidak terjebak dalam krisis finansial, manajemen keuangan yang baik menjadi kunci penting. Membuat anggaran bulanan, mencatat pengeluaran, dan menentukan prioritas kebutuhan adalah beberapa langkah awal yang dapat dilakukan untuk menghindari keborosan. Selain itu, mencari peluang beasiswa atau bantuan keuangan yang disediakan oleh pemerintah maupun universitas bisa menjadi alternatif yang layak. Pelajar juga dapat mempertimbangkan pekerjaan paruh waktu yang fleksibel atau menjalankan usaha kecil-kecilan untuk menambah pemasukan. Namun, hal ini tetap harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu jadwal kuliah.
Hidup di kota besar sebagai pelajar perantau memang penuh dengan tantangan, baik dari segi finansial, sosial, maupun psikologis. Namun, dibalik semua itu, ada pelajaran berharga tentang kemandirian, tanggung jawab, dan kemampuan beradaptasi. Pelajar perantau dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah, mulai dari cara menghemat biaya hidup hingga membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan. Mereka juga belajar untuk lebih mandiri, baik dalam mengurus kebutuhan sehari-hari maupun dalam membuat keputusan penting yang mempengaruhi masa depan. Meskipun tantangan ini terasa berat, dengan manajemen yang baik serta dukungan dari keluarga, teman, dan lembaga pendidikan, pelajar perantau bisa melewati masa-masa sulit ini dan keluar sebagai individu yang berkembang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H