Memenuhi undangan makan siang bersama Bapak Presiden Joko Widodo di Istana Negara , saya merupakan salah satu kompasianers yang beruntung. Bagaimana tidak? Ada peluang apa seorang Novrita yang bukan siapa-siapa bisa masuk dalam daftar orang terundang untuk makan siang bersama Presiden RI. Kalau saya tidak pernah kenal atau berkecimpung di Kompasiana, atas dasar alasan apa dapat undangan dari Istana Negara. Prestasi besar untuk Indonesia, saya belum pernah raih…. Sumbangan yang signifikan untuk negeri ini juga tidak ada…. Pejabat Negara ataupun Tokoh penting, sama sekali tidak ….. Karena Kompasiana, maka Novrita datang ke Istana memenuhi undangan bapak Jokowi bersama para Kompasianers lainnya pada hari Sabtu 12 Desember 2015.
Sesaat setelah kami duduk rapi terkelompok menurut meja – dimana per meja bundar 6-7 orang, sangTuan Rumah memasuki ruangan menyambut kami. Beliau cukup santai berkemeja putih dengan lengan panjang yg digulung – ciri khasnya. Penampilan sederhana dengan pilihan warna Putih boleh dibilang netral , tidak menyentil atau bisa disalahartikan ada keberpihakan pada kelompok tertentu. Pun juga tampak sportif dan luwes. Beliau tersenyum lebar dan menyalami kami satu per satu. Spontan kami pun berjajar menyambut beliau…. Setidaknya agar semua dapat kesempatan untuk menerima sapaan beliau
Sampailah giliran saya, sambil menyalami pak Jokowi, kalimat pertama yang terucap adalah “Sehat pak”. Tercetus begitu saja dari mulut saya. Sebuah harapan atau sekedar meyakinkan diri bahwa kondisi orang nomor 1 di negeri ini tidak sedang kurang sehat, karena memang Kesehatan sangat penting dalam menjalankan semua aktivitas, apalagi bagi seorang pemimpin Negara besar ini. Atas sapaan saya tersebut, pak Jokowi sedikit jeda beberapa detik sebelum akhirnya menjawab “Baik” sambil berlalu dan menyalami Kompasianers berikutnya.
Sesuai undangan yang disampaikan bahwa acaranya adalah makan siang, maka pak Jokowi langsung mempersilahkan para undangan untuk langsung menyantap sajian yang sudah disediakan. Ajakan ini sejujurnya memang sudah sangat saya tunggu, mungkin juga oleh para undangan lainnya. Tahu juga nih pak Presiden kalau kami sudah pada lapar, he he …. Suasana jadi cair dan renyah .
Singkat cerita setelah makan siang dan sesi bincang-bincang sampailah di sesi pemotretan. Kami dipersilahkan berfoto bersama Presiden dengan pengelompokan per-meja. Weeee… berarti tidak perlu berdesak-desakkan untuk diambil gambarnya bersama Presiden. Setiap Kompasianer pasti akan jelas tampak terabadikan berfoto dengan pak Joko Widodo – Presiden RI. Momen bersejarah begini kok tidak ada gambarnya, bisa diledekin hoax, he he…. Si Bapak lagi-lagi mengerti betul perasaan kami yang sudah mati gaya karena sedari tadi masuk Istana tidak bisa jepret-jepret potret sana sini. Maklum, di era selfie sekarang ini, apa pun selalu ingin diabadikan.
Usai dijepret, spontan kami menyalami pak Presiden lagi, bahkan rekan Kompasianer ada yang cium tangan beliau saking terharunya bisa sebegitu dekat dengan orang Nomor 1 di negeri ini.
Nah, saat bersalaman ini, sekali lagi saya ucapkan, “Sehat pak”.
Dan lagi-lagi entah kenapa kata itu yang terlontar, persis sama tanpa tambahan basa-basi yang lebih bagus – pada dasarnya saya sendiri tidak suka basa-basi.
Kali ini beliau langsung menjawab tanpa jeda : “Sehat”. Lugas dengan jabat tangan yang firm, menandakan beliau orang yang percaya diri dan yakin.
Ketika semua sudah dapat giliran di sesi pemotretan ini, semestinya acara usai ya, tapi kok rasanya masih berat buat mengakhiri. Pak Jokowi pun tidak serta merta meninggalkan ruangan, malah beliau menghampiri kami dan nyeletuk ringan. Dan sekali lagi beliau mampu membaca pikiran kami. Para Kompasianers pun otomatis segera menghampiri dan memusat ke beliau. Kapan lagi bisa dekat dengan presiden ya….. Berusaha merapat dan kami meminta ke fotografer untuk mengabadikan foto kami rame-rame dengan Presiden. Mulai deh dusel-mendusel pasang posisi supaya bisa masuk tertangkap kamera sang fotografer. Saya yang sudah demikian dekat dengan beliau terpaksa tergeser oleh kompasianer yang begitu ngebet-nya … Baiklah wajah saya masih bisa nyempil sedikit tepat di sisi kiri belakang pak Jokowi. Seru sekali pokoknya, serasa tidak ada batasan bahwa kita sedang berfoto-ria bersama Pemimpin nomor satu – Presiden Republik Indonesia.
Kalau sudah begini yang kalang kabut tentunya Paspampres. Ya kan tanggung jawab mereka sangat besar. Keselamatan pak Jokowi ada di tangan mereka. Bagaimana kalau sampai ada penyusup yang bakal mencederai Presiden? Atau kemungkinan jahat lainnya? Karenanya Paspampres berulangkali meperingatkan kami untuk tidak menempel ke tubuh Presiden. Saya yg sedang pegang ballpoint pun diingatkan untuk menyimpannya. Ada satu orang anggota Paspampres yang berada di sebelah saya dengan posisi sedikit jongkok untuk menjaga space supaya kami tidak ada yang menempel ke pak Jokowi. Saya paham dengan tugas mereka, hanya saja antusias berfoto seru bersama Presiden mengabaikan hal itu.