Lihat ke Halaman Asli

Novel Kitab Tertutup Raja Dusta dan Dewi Kemunafikan

Diperbarui: 9 September 2015   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1393673795423955080

Alhamdulillah, akhirnya novel saya yang berjudul Kitab Tertutup Raja Dusta dan Dewi Kemunafikan terbit. Novel ini saya tulis sejak tahun 2008. Namun baru 2014 naskahnya bisa terbit. Butuh waktu lama untuk membuat naskah ini. Selama 6 banyak perjalanan yang saya lalui dalam pembuatannya.

Awalnya saya menulis di Surabaya untuk beberapa bulan. Tapi kemudian terbentur pekerjaan, akhirnya saya merapat ke Jakarta. Tahun 2009, saya melanjutkan kontak dengan narasumber. Sayangnya, tak lama setelah itu kita putus komunikasi.

Di Jakarta tahun 2010, saya tetap meneruskan menulis. Sampai kembali lagi ke Surabaya, tetapi sayangnya naskah ini belum selesai juga.

Akhir 2010, saya sempat frustasi karena naskah belum juga selesai. Waktu itu saya memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi. Semula saya berpikir, biarlah naskah ini tidak jadi. Lebih baik saya buang ke laut.

Frustasi, karena saya kehabisan ide dan semangat.

Frustasi, karena orang yang menginspirasi saya menghilang.

Puncaknya pada awal bulan ketiga 2011, anak pertama saya lahir. Namanya Nagari Kanta Rafabli Indonesia. Di sini semangat saya muncul lagi untuk merampungkan naskah tersebut. Selama beberapa minggu saya berkeliling ke daerah-daerah, termasuk di Jogjakarta. Dan di Jogja ini ending buku saya buat.

Sayangnya, sepanjang tahun 2012 naskah ini mangkrak lagi karena saya terbentur kerja di media. Bahkan saya sempat mengupload sebagian naskah di kompasiana hingga 5 episode. Tapi kemudian saya tidak melanjutkan karena pekerjaan sebagai wartawan kembali menghabiskan waktu saya.

Memasuki tahun 2013, naskah pelan-pelan saya digarap dengan bantuan teman-teman layout dan grafis.

Tentang pelukis cover buku

Neneng, mungkin bagi teman-teman Kompasiana namanya masih asing. Bagi saya, awalnya juga asing. Sebelumnya saya tidak mengenal dia. Wajahnya pun baru. Sepintas dia tampak normal. Tapi sebenarnya dia anak tunagrahita, anak dengan kebutuhan khusus, anak dengan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga sebagai retardasi mental, itu istilah saat saya searching di Google. Tapi, bagi saya, dia biasa saja. Dia seperti kebanyakan anak-anak lain. Bahkan saat pertama kali melihat lukisannya berjudul Pose-yang dipajang di Balai Pemuda, saya seperti sudah mengenalnya cukup lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline