Lihat ke Halaman Asli

Novi Trihadi

Tukang Ketik

Pemahaman Pikiran Pengajar dan (Maha) Siswa

Diperbarui: 24 April 2022   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi selama mengikuti rangkaian dari seri metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) secara daringSiapa bagi Bapak/Ibu Pengajar (guru/dosen) yang masih mengajar dengan menggunakan ppt tahun lalu atau mungkin bertahun-tahun lalu yang masih digunakan sampai saat ini?

Memang tidak salah menggunakan ppt tahun-tahun lalu... ataupun abad-abad sebelumnya.

Akan tetapi pada kenyataannya, jika ppt yang bertahun - tahun itu digunakan pada masa saat ini, pada akhirnya Bapak/Ibu (guru/dosen) akan makan hati, setelah menyampaikan presentasi ppt tentang suatu materi, mulut sampe berbusa ngomong sana-sini, berusaha memberikan penjelasan sedetail mungkin (versi bapak/ibu guru/dosen) agar para siswa/mahasiswa mengerti, tapi setelah selesai presentasi dan pada sesi tanya jawab bapak/ibu guru/dosen mempersilahkan "siapa yg belum jelas, silahkan tanya...". Lalu sesaat kelas sunyi sepi seperti kuburan yang terdengar justru suara jangkrik....krik-krik-krik... 😀

Entah apa yang terjadi pada para siswa itu... 😀 Karena 'diam' itu memiliki seribu satu arti.

Pernahkah para guru atau dosen mengalami kejadian seperti itu? Yang pernah, silahkan tinggalkan komentar dibawah.

Nah mulai dari kejadian yang sering terulang itu, bagi saya ini adalah sebuah pola, karena sering terulang. Cobalah Bapak/Ibu Guru/Dosen mencari tahu dimana letak masalahnya.

Sebelum masuk kepada metode PBL, saya rasa kita perlu memahami pikiran diri kita terlebih dahulu sebelum memahami pikiran orang lain.

Kenapa kita perlu memahami pikiran kita terlebih dahulu?

Jawabannya, tentu saja kita perlu memahami diri sendiri, karena sebelum kita ingin dikenal dan mengenal orang lain, kita perlu memahami dan mengenal diri kita sendiri. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang Ulama dan sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo, A.K.A Buya Hamka, “Mengenal diri sendiri jauh lebih sulit daripada ingin mengetahui kepribadian orang lain. Sebab itu, kenalilah dirimu sebelum mengenal pribadi orang lain.”

Memahami diri sendiri berarti paham betul akan segala unsur dalam diri, baik itu unsur psikologis, fisik, moral, potensi hingga aspek sosial.

Pada hakikatnya, kita sebagai manusia memiliki dua entitas utama, yaitu jasmani dan rohani. Secara jasmani, kita dapat mengetahui dan memahaminya dengan mudah karena bisa langsung kita lihat oleh indera kita, tetapi bagaimana dengan entitas rohani? Bagaimana cara kita memahami rohani atau mental/moral kita, karena hal tersebut tidak terlihat oleh mata kita. Hal tersebut menunjukkan bahwa mengenal diri sendiri tidaklah mudah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline