Lihat ke Halaman Asli

Rezha Rizqy

Guru Biologi

a Memoar of the Past Time

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Huaaaa, malam takbiran, tepat tanggal 9 Dzulhijah, tanggal 14 Oktober. Hampir satu bulan ba'da seminar proposal, dan hingga sekarang aku belum mendapat acc untuk mengambil data.

Kali ini, saya tak bermaksud untuk membahas tentang skripsi dan segala dilemanya, skripshit, begitu kami sering menyebutnya. Sebagai candaan dan plesetan dari skripsweet. Bisa panjaaaang nanti tulisan ini hanya untuk curhat masalah skripsi.

Fasilitas speedy di rumah ternyata selain memberikan efek positif berupa dapat gratisan internet juga membawa efek negatif. Tumpukan revisian yang jauh-jauh kubawa dari Surabaya tak kunjung kukerjakan. Setidaknya sampai malam ini. Karena sudah kubulatkan tekad setelah menulis di sini akan segera bertempur menyelesaikannya.

Namun, di luar dugaan, ternyata dari fasilitas speedy ini ada ide segar yang menari di otakku.

Bukan ide tentang membuat cerita fiksi seperti biasanya. Tapi ini hanya sekadar ide untuk menulis catatan harian. Bagaimana tidak? Ketika aku membuka fb dan khususnya grup yang memuat anggota kelas di SMP aku sempat tercenung sesaat. Ternyata kawan-kawan sedang asyik-asyikya bernostalgia dengan kenangan lama yang ada di otaknya. Tepatnya ide nostalgia ini diawali oleh temanku, Riki, sebagai admin dan pendiri grup. Dia mulai mengupload beberapa foto lawas yang diperoleh waktu SMP. Salah satunya foto hasil scan waktu kami seusai ada kegiatan. Duduk-duduk di bangku panjang di depan kelas, sebagian ada yang berdiri, sedangkan sebagian lain ngelesot begitu saja di lantai kelas yang saat itu belum dikeramik. Tak ada yang istimewa dari foto ini, kecuali wajah-wajah yang masih terlihat polos, tubuh beberapa anak yang masih gendut atau masih kurus. Dan tentu saja wajah-wajah yang terpampang di sana jauh berbeda dengan wajah yang terpampang di foto profil fb masing-masing.

"Mungkin karena mereka sekarang sudah bisa berdandan." Begitu pikirku. Kontan saja, puluhan komentar dalam hitungan hari (atau mungkin jam) sudah mencapai puluhan. Tak sampai di situ saja, ternyata temanku juga menambah dengan mengupload foto hitam putih di album kenangan serta nama-nama anggota yang tercantum di kaos kelas yang pernah kita buat.

Awalnya aku masih biasa saja menanggapi hal tersebut. Paling banter cuma ngasih like atau kasih komen "Sip" atau "Mantap".  Hingga malam ini, tiba-tiba hampir semua kawan mulai mengupload foto-foto jaman jadul sekitar 8-6 tahun silam, masa SMP. Ada yang settingnya di depan kelas, di depan masjid, di depan toilet dlsb. Wuah, tiba-tiba memori ini seperti tergali sedikit demi sedikit. Tak ayal kadang akupun tersenyum sendiri melihat foto-foto tersebut.

"Yang membuat sempurna sebuah foto adalah keterangan yang menyertainya," kurang lebih demikian kalimat yang diungkapkan oleh temanku yang berprofesi sebagai fotografer. Dan ternyata, kenyataan membuktikan bahwa kalimat itu benar adanya. Salah satunya ya di ajang pamer foto lawas di fb ini.

Ketika suatu ketika ada kawan yang mengupload foto toilet tampak depan yang sekarang sudah dilapisi keramik mengkilat tujuh warna dan membubuhkan komentar di sana, foto itu terasa lebih hidup. Komentar itu berbunyi, "Ingatkah kalian, dulu di sini teman kita yang bernama Irul (cowok) ditembak oleh xxx (cewek) dari luar kelas kita." Ha ha ha, sontak saja tawaku meledak membaca komentar itu. Sudah pasti tentu memoriku berputar dengan sendirinya. Melanjutkan cerita dari komentar yang hanya dibuat sebagai pemantik ingatan. Ya, selanjutnya si cewek menangis sampai matanya memerah dan sembab gara-gara temanku menolaknya. Hi hi hi. Nah, kegegeran ini yang terjadi di waktu istirahat menjadikan hampir semua warga SMP tahu peristiwa yang cukup memalukan buat si cewek. Tentu saja, la wong nembaknya blak-blak an dan di depan umum. Sempat heran juga sih aku, kok bisa ya ada cewek seumuran SMP yang berani nyatain cintanya. Ah, tapi kan dunia sudah melaju dengan cepat. Tak ada yang tak mungkin. Dan bersyukurlah orang-orang yang masih berada pada batas kewajaran.

Tak hanya itu. Kali ini ada temanku yang memotret buku bahasa indonesianya dengan keterangan, "Masih ingatkah kalian hari pertama masuk SMP ketika Bu Sumini (guru bahasa Indonesia kami) menyuruh dua orang anak membaca sebuah paragrap? Ketika itu kebetulan Wike dan Cintia yang ditunjuk. Dan keduanya melafalkan bacaan dengan nada yang sama. Nada bacaan seperti anak SD yang belum ahli benar membaca. Kemudian Bu Sumini bertanya, kalian dari SD mana, kok membacanya seperti itu? Dan ternyata keduanya berasal dari SD yang sama."

Ya, memori itu lantas meledakkan tawaku untuk kedua kalinya. Aku masih ingat kalimat pertamanya, "Penggalian pasir-pasir Gunung Galunggung ....." dst. Masih juga terbayang bagaimana nada datarnya membaca teks itu tanpa memperhatikan titik dan koma. Ha ha ha, itu kenangan masa lalu yang sangat indah untuk diingat. Tulisan ini bukan bermaksud untuk meledek kawanku itu. Sumpah. Aku sendiri yakin dengan ainul yakinku bahawa kawan-kawanku itu sekarang sudah sangat lancar bacaannya. Ya, ya, berkat bimbingan dari Guru Bahasa Indonesia kami, Bu Sumini kami lantas mulai pandai membaca, berbahasa, dan menulis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline