aku termenung di ambang jendela
menonton waktu memudar, hilang ditelan senja
malam menghamparkan jubah kelamnya, tanpa suara
sahabat-sahabat telah lama berpamitan, ringan langkahnya
seorang perempuan duduk, sendiri di sudut kenangan
menghitung detik yang tersisa, tak lagi berurutan
mungkin masih ada pagi yang membawanya tersenyum
seperti lembutnya senyum anak-anak yang riang menanti musim
ia merasa kota semakin rapat,
mengejarnya setiap kali ia berusaha loloskan diri
bahkan di antara ciuman bibirnya yang lelah sapa bayang kekasih,