Lihat ke Halaman Asli

"How Do I Go?" (2)

Diperbarui: 17 Januari 2018   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebenarnya aku tidak mempunyai tingkat kepede-an yang cukup untuk menuliskan kisah hidupku ini. Dengan  modal percaya diri dan waktu kosong yang cukup banyak, aku sempatkan saja menulis. Sukur-sukur ada yang baca hehe.

Menggunakan VOTE melalui story instagram, aku mencoba bertanya dengan teman-temanku disana, "apa pantas aku menulis?" dengan membagikan link member kompasiana, aku mendapatkan beberapa direct message di instagram dengan komentar lumayan bagus tentang tulisanku. Dari beberapa teman yang telah membaca, mereka bilang tulisanku cukup inspiratif dan mereka menganjurkan untuk meneruskannya.

Karena sudah mendapatkan saran yang sangat membangun, akupun memutuskan untuk meneruskan ceritaku ketika aku sudah memulai tinggal di Kota ini.

Datang sendirian tanpa ada sanak saudara di Kota yang jauh membuatku cukup bingung dan akhirnya asal masuk kos. Dengan harga yang mahal (menurutku), kosku ini tidak menyediakan apa-apa. Hanya fasilitas AC dan kamar mandi dalam saja.

 Jangan tanya lemari atau kasur, karpet saja untuk tempatku duduk tidak ada. Karena memang sudah capek dan gak ngerti, yaudah aku tetap tinggal di kos baruku. Hari itu juga aku langsung pergi kepasar kebayoran lama untuk membeli peralatan kamar sederhana. Ya cukup kasur, sprei bantal dan selimut asal aku bisa tidur tenang selama sebulan sambil mencari tempat kos baru.

Lanjut, kali ini aku mau cerita pengalaman awal aku bekerja di perusahaan media yang telah membabawaku ke kota ini. Di perusahaan yang sudah berdiri lama, sudah cukup menunjukkan bahwa didalamnya pasti orangnya keren-keren ( maksudnya keren dalam tanggung jawab melakukan pekerjaanya, haha).

Memang benar, di kantor ini mempertemukanku dengan teman-teman kerja yang hebat . Mereka semua welcome dan tidak ada senioritas. Kita semua belajar bersama disini. Aku, yang anak baru dan belum pernah bekerja secara profesional, di tempat ini diterima dengan baik.

Melakukan ritual orientasi adalah salah satu tradisi kantor ini untuk karyawan baru. Kita diberi games dan mendengarkan beberapa materi mengenai program dan bisnis apa aja yang ada di disini. 

Acara ini juga menerangkan secara jelas sejarah yang membasarkan kantor media ini. Bersalaman kesemua karyawan kantor yang kalian tau kantor ini terdiri dari dua gedung pusat, yaitu barat dan selatan namun tetap terasa seru karena semuanya ramah dan menyenangkan. Teman-teman di departmentku disini sudah seperti keluarga baruku.

 Ya, mungkin sepertinya, kantorku ini adalah satu-satunya alasan untuk aku krasan hijrah di kota ini.

Sebulan sudah aku menikmati kerasnya ibu kota. Kepadatan lalu lintas yang tiada henti, serta pengguna jalan yang selalu menyetir tanpa toleh kanan dan kiri. Ini semua persis seperti apa yang aku lihat di tv tentang kota Jakarta. Ya, tapi tidak buruknya saja yang aku dapatkan selama sebulan menghirup udara kota ini. Atmosfer kekeluargaan dan toleransi di tempatku kerja membuatku merasa di Jakarta memang tempat berkompotisi sehat yang paling baik. Lingkungan di kantor juga positif. Tidak ada yang saling menjatuhkan disini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline