Lihat ke Halaman Asli

Novita Frianty

Masih terus belajar menulis

Awal Pertemuan dengan Wanita Cantik Itu

Diperbarui: 5 Juli 2022   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari itu cuaca sangat cerah, langit sangat biru, dedaunan berjatuhan satu persatu tertiup oleh angin, burung berterbangan kesana kemari seolah menari dan menyatakan kebahagiannya hari ini. Mataharipun tidak mau kalah untuk menyatakan sukacitanya hari ini, sampai akhirnya tak terasa waktu menunjukkan pukul 13.05 WIB dan aku masih tetap menikmati keindahan hari ini dibawah pohon yang rindang, menyandarkan tubuhku ke batang pohon yang hari ini melindungiku dari indahnya sinaran matahari, sambil menatap langit yang mencuri perhatianku dan teramat sangat bersahabat, sesekali aku menutup mataku dan merasakan angin yang berlahan-lahan menyentuh wajahku seolah-olah mengatakan "Apakah kamu bahagia hari ini?"

Suasana ini membuatku dengan sontak berkata dalam hati "Tuhan, terima kasih. Hari ini aku merasa sangat bahagia." 5 menit setelah aku mengucap syukur tiba-tiba seseorang memukul pundakku dan dengan secepat kilat sudah duduk disebelahku. Yahh... dia adalah Reisa, Reisa yang baru ku kenal 2 tahun yang lalu, Reisa yang sangat baik hati, taat beribadah, pintar, bawel dan cantik tapi sayang... jomblo. Reisa adalah wanita pertama yang berhasil mengobati luka tentang persahabatan yang ada di dalam hatiku. Reisa selalu punya beribu-ribu topik pembicaraan yang bisa membuat suasana menjadi ramai walaupun hanya sedang berdua. Keterbukaan nya tentang keluarga, pekerjaan dan pria-pria yang disukainya berhasil mencuri perhatianku diawal pertemanan kami.

Awal pertemuan dengan Reisa

Dua  tahun yang lalu aku mampir ke sebuah cafe yang terletak tidak jauh dari kantorku. Sebuah Cafe yang selalu menjadi tempat pelarianku ketika aku merasa sangat jenuh untuk kembali ke rumah yang sudah aku sewa untuk sementara waktu. Cafe yang selalu menjadi tempat favoritku untuk menikmati secangkir kopi kesukaanku dan membaca buku yang akhir-akhir ini teramat sangat sulit untuk kuhabiskan dikarenakan banyaknya tuntutan pekerjaan di kantor. Berhubung besok adalah weekend, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu lebih lama di cafe itu. Sesekali aku berhenti membaca dan melihat sekelilingku ketika mataku mulai merasa sangat lelah untuk membaca. 

Tiba-tiba mataku tertuju kepada sepasang kekasih yang sedang bercanda tawa di cafe itu, sesekali si pria membelai rambut panjang si wanita, sesekali mencubit hidungnya dan sesekali memegang tangannya diatas meja yang menjadi milik mereka berdua. Pria itu terlihat sangat tampan, dewasa dan sangat menyayangi wanita itu, dan wanita itu terlihat sangat anggun dengan rambut panjangnya yang terurai panjang, dress pink yang sangat mempesona dan sikap manjanya yang seolah-olah membuat setiap pria hanya ingin melindunginya. Melihat mereka sontak membuatku terdiam dan berkata "pasangan yang serasi, seandainya saja mereka menikah pasti akan menjadi pasangan yang sangat perfect". 

Tiba-tiba Dion sang penjaga cafe menghancurkan pemandanganku dengan duduk didepanku dan berkata "kamu cemburu yah?" dengan nada kesal dan mengalihkan pandangan akupun berkata: "apasih, buat apa cemburu, pria itu kan bukan siapa-siapa aku. Kagum aja melihat kemesraan mereka, pasangan yang sangat romantis". Lantas Dion membalas bantahanku dengan berkata : "Hati-hati ... awas jatuh cinta, Wanita itu istrinya, istrinya selalu datang sebulan sekali untuk melihat kondisi suaminya. 

Mereka selalu mampir ke cafe ini setiap bulan." Mendengar hal itu aku sangat kaget dan sontak berteriak " Jadi mereka LDR-an?" dengan cepat Dion menutup mulutku dan berkata : "Biasa aja dong, gak pake teriak juga. Memangnya ada yang salah dengan LDR?" kemudian aku melepaskan tangan Dion dan memaksanya untuk melanjutkan pekerjaannya di cafe itu. LDR (long distance relationship) bagiku adalah suatu hubungan yang sangat butuh perjuangan yang sangat besar. Perjuangan untuk setia, perjuangan untuk menjaga hati tetap setia pada seseorang yang sedang jauh disana. Melihat kemesraan mereka hari ini membuatku merasa sangat kagum kepada mereka. Sang suami terlihat sangat mencintai istrinya dan sebaliknya, pasti ikatan cinta mereka sangat kuat sehingga hubungan mereka bisa bertahan.

Beberapa menit kemudian tiba-tiba suara petir terdengar sangat kuat. Akhirnya aku memutuskan untuk membereskan buku dan peralatanku yang lainnya dan bergegas ke kasir untuk membayar minumanku hari ini. Setelah itu aku berjalan secara berlahan ke pintu keluar sambil berusaha memasukkan dompetku kembali kedalam tas. Tiba-tiba seorang wanita cantik membuka pintu cafe dan menabrakku tanpa sengaja. Seketika itu juga semua barang yang ada ditasku dan ditas wanita itu jatuh berantakan. 

Dengan perasaan kaget, Aku berusaha merapikan barang-barang pribadiku secepat mungkin tetapi wanita itu tetap melangkahkan kakinya dengan cepat menuju sepasang suami-istri yang hari ini sangat mencuri perhatianku. "PlakkKKKKKKKK.........." Sebuah tamparan yang sangat keraspun diberikan oleh wanita cantik itu ke pipi Pria tampan yang saat itu sedang bersama istrinya. Sebuah cincin manis yang dimiliki oleh wanita cantik itupun dilepaskan dan dilemparkan ke wajah pria tampan itu sambil berkata : "Dasar pengkhianat, jangan ganggu hidupku lagi. Pernikahan kita batal."wanita itupun pergi dan mengambil kembali tas dan beberapa lipstick miliknya yang terjatuh tepat didepanku tadi. 

Pria tampan itu berusaha mengejarnya, namun wanita itu sudah masuk ke dalam sebuah mobil dan pergi. Sang istri keluar dan menarik suaminya untuk masuk kedalam sebuah mobil merah milik mereka dan pergi. Seluruh pengunjung di cafe itu termasuk aku terlihat sangat kaget dan terdiam tanpa berkata apa-apa. Setelah kejadian itu, aku kembali ke rumah. Sesampainya di rumah aku mulai untuk berberes dan bersiap-siap tidur. Seperti biasa, resiko yang selalu aku alami sesudah minum kopi adalah sulit untuk merasa ngantuk. 

That's why, aku akhirnya memutuskan untuk melanjutkan buku yang aku baca di cafe hari ini. Aku pun mengambil buku tersebut didalam tas kerjaku. Ketika aku berusaha meraih buku itu, tiba-tiba tanganku menyentuh sebuah benda yang rasanya sangat asing, lalu aku mengeluarkan benda asing itu terlebih dahulu sebelum mengeluarkan buku yang akan ku baca. Terlihat sangat asing bagiku, dan aku tidak pernah merasa memiliki benda seperti itu, sebuah dompet hitam yang sama sekali bukan milikku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline