Lihat ke Halaman Asli

Novita Fitria

Mahasiswa

Dampak Zakat Sebagai Instrumen Fiskal dalam Makroekonomi Syariah

Diperbarui: 11 Maret 2024   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Zakat adalah kewajiban umat Muslim untuk memberikan sebagian dari kekayaan mereka kepada orang-orang yang kurang beruntung, dan dalam hal ini, zakat berfungsi sebagai alat fiskal untuk meningkatkan kondisi ekonomi. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan ekonomi.

Zakat telah menjadi praktek yang dilakukan secara terus-menerus sejak zaman Nabi Muhammad SAW, dan terus berlanjut hingga saat ini. Zakat wajib dikeluarkan oleh orang muslim yang memiliki harta atau kekayaan tertentu yang telah mencapai nisab (ambang batas minimum) dan memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan hukum syariah. Orang-orang yang membayar zakat ialah mereka yang memenuhi kriteria ini, seperti memiliki harta yang mencapai atau melebihi nisab dan telah dimiliki selama setahun penuh.

Zakat dapat diberikan kepada delapan golongan yang berhak menerima menurut ajaran Islam, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah (9): ayat 60, delapan golongan tersebut yaitu Fakir, Miskin, 'Amilin 'Alaiha, Mu'allaf, Ar-Riqab, Gharimin, Fi Sabilillah dan Ibnu Sabil. Praktik zakat berlangsung di seluruh dunia di mana terdapat komunitas Muslim.

Zakat merupakan salah satu pilar utama ekonomi Islam, memiliki aspek spiritual dan ekonomi. Sebagai instrumen fiskal dalam makroekonomi syariah, zakat memiliki dampak yang luas dan beragam. Beberapa dampak penting zakat dalam konteks makroekonomi syariah yaitu:

  • Distribusi pendapatan yang lebih merata,

Prinsip-prinsip makroekonomi syariah, yang dianggap sebagai prinsip inti keadilan sosial dalam Islam, bertujuan untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Ini berbeda dengan sistem ekonomi konvensional, yang sering menyebabkan ketimpangan ekonomi yang signifikan. Kegiatan mengumpulkan uang dari mereka yang mampu dan membagikannya kepada mereka yang kurang beruntung, ini dapat menurunkan kesenjangan pendapatan dan meningkatkan keadilan sosial di masyarakat. Zakat menjamin bahwa kekayaan tidak hanya berada di tangan segelintir orang, tetapi juga memberikan bantuan kepada golongan yang kurang mampu.

  • Memicu konsumsi dan permintaan agregat

zakat juga memiliki peran penting dalam memicu konsumsi dan permintaan agregat. Para penerima zakat, terutama mereka yang berada di golongan miskin, cenderung menghabiskan pendapatan tambahan mereka untuk kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan individu, tetapi juga memberikan dorongan yang signifikan bagi sektor konsumsi, yang merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi.

semua itu adalah dampak duniawi dari kegiatan zakat, pastinya terdapat dampak untuk di akhirat kelak karena zakat merupakan perintah Allah SWT yang sudah tertulis di dalam Al-Quran. Penting untuk mengakui peran zakat dalam membangun ekonomi yang stabil dan inklusif. Melalui praktik zakat yang efektif dan efisien, masyarakat dapat menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan untuk semua anggota masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil dan inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline