Lihat ke Halaman Asli

Dia, Seorang “Single Fighter” yang Tangguh

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yati(48) seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak. Yati merupakan ibu rumah tangga yang tangguh, dia berusaha menghidupi keluarganya dengan bekerja keras. Dia bukanlah seorang single parent, dia masih mempunyai keluarga yang utuh, namun dia berjuang sendirian mencari uang demi sesuap nasi untuk anak-anaknya.
Suaminya sebut saja Ito(46)adalah seorang freelance, dia juga seorang wiraswasta, bahkan dia juga pernah mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah di suatu kota.
Kehidupan keluarga Yati mulai rumit ketika sang suami Ito bersikeras ingin mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah, keadaan ekonomi keluarganya jadi tak terurus, sang suami fokus mengurusi pencalonan dirinya dengan segala prosedur dan biaya yang harus dikeluarkan. Biaya sekolah, makan dan segala kebutuhan rumah tangga lainnya tidak Ito pikirkan sama sekali seakan dia menganak-tirikan keluarganya demi ambisinya tersebut.
Yati yang berusaha keras memutar otak bagaimana ia bisa mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, ia menjual semua perhiasan dan barang berharga untuk membayar biaya kedua anaknya yang masih sekolah kelas 6 SD dan kelas 1 SMP. Yati pun berusaha membuka warung makan kecil-kecilan di garasi rumahnya. “Saya akan berusaha bagaimanapun caranya untuk menghidupi anak-anak saya, saya tidak mau hanya berpangku tangan saja”, ungkap Yati.
Yati tidak pernah mengharapkan belas kasihan dari orang lain, selama dia diberikan kesehatan dia akan berusaha semampunya untuk mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
Keadaan mulai tambah rumit ketika Ito ditahan polisi dalam kasus hutang, Yati yang dari awal tak tahu menahu apa yang dilakukan oleh suaminya dan bagaimana sepak terjang suaminya di luar rumah tentu saja syok mendengar itu. Dia binggung dengan masa depan kedua anaknya yang masih kecil dan seang butuh biaya banyak untuk sekolahnya.
Jangankan biaya sekolah untuk hidup sehari-hari saja ia bingung dapat uang dari mana, hasil dari berjualan warung tidak cukup untuk memenuhinya. Sedangkan harta benda yang ia milikinya telah habis terjual untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sebelum kejadian itu.
Ia tidak mau berharap belas kasihan orang-orang terdekat serta keluarga besarnya, ia tidak pernah mengeluh kepada mereka. Ia ingin berusaha sekuat tenaga dengan kemampuannya sendiri.(vi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline