Lihat ke Halaman Asli

Bahas Sejarah

Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Vampire, Pesawat Jet Tempur Pertama Indonesia

Diperbarui: 2 Juni 2023   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

De Havilland Vampire (sumber: wikipedia/TNI AU)

Siapa sangka, Angkatan Udara Republik Indonesia pernah memiliki pesawat jet super canggih yang berasal dari Inggris. Dikenal karena memiliki desain yang unik, pesawat jet ini memiliki nama de Havilland Vampire. Bentuknya memang menyerupai pesawat penyergap buatan Amerika, P-38 Lightning, yang handal karena dapat lepas landas dengan cepat.

Begitupula dengan Vampire, desain khusus di bagian sayap belakang yang sejajar memang dibuat agar dapat lepas landas dengan cepat. Ini adalah tipe pemburu bermesin jet pertama yang dimiliki Indonesia, pasca pengakuan kedaulatan oleh Belanda tahun 1949. Inggris kala itu adalah salah satu negara pemenang Perang Dunia 2, tentu memiliki kekuatan militer yang luar biasa, setelah Amerika.

Kelebihan kekuatan perang ini tentu membuat Inggris gencar melakukan diplomasi militer dalam tujuan jual beli senjata. Termasuk pada skuadron tempur bagi Angkatan Udara Indonesia, yang menjadi tulang punggung utama sebuah negara berbasis kepulauan. Indonesia pun memahami kebutuhan tersebut, dengan menerima bantuan yang diberikan oleh Inggris secara cuma-cuma.

Jadi, status skuadron Vampire ini murni hibah dari Inggris untuk kepentingan militer Indonesia. Dimana kemampuan kecepatan dari pesawat bermesin jet ini mencapai 882 km/jam. Dengan jangkauan jelajah sejauh 1.900 km, serta dapat terbang hingga ketinggian 13.000 km. Suatu hal yang menjadi perhatian Negara kawasan Asia Tenggara kala itu.

Kemampuan tempurnya juga tidak main-main, karena Vampire dilengkapi dengan 4 senapan mesin kaliber 20 mm. Selain itu, ada 8 tabung peluncur roket yang terbentang di kedua sayapnya, serta dilengkapi kemampuan membawa 2 bom seberat 200 kg di badan utama pesawat.

Apalagi Inggris memberikan armada Vampire hingga 8 unit. Tepat pada tanggal 18 Januari 1956, para Vampire ini berhasil menjajal uji terbang dari landasan udara Husein Sastranegara, Bandung. Dari sinilah satu skuadron baru pada Angkatan Udara Indonesia dapat dibentuk. Namun, persoalan politik membuat skuadron Vampire tidak bertahan lama untuk melakukan uji tempur.

Persoalannya tentu saja akibat Belanda melancarkan aksi militernya di Irian Jaya, apalagi Indonesia tengah melakukan konfrontasi dengan Malaysia. Tentu saja hal ini membuat Inggris enggan memberi suku cadangnya bagi pengembangan jet Vampire, dengan alasan tidak menghendaki jet tempur tersebut dipakai untuk membombardir Malaysia ataupun Belanda.

Memang, Malaysia dan Belanda adalah sekutu Inggris. Dalam titik poin ini, manuver politik Indonesia tentu saja memilih untuk bekerjasama dengan Uni Soviet, sebagai rival sekutu pada era Perang Dingin. Namun, pengoperasian jet tempur ini telah memberi pengalaman yang berarti bagi para penerbang Indonesia.

Alih masa piston menjadi jet, membuat pesawat tempur turut bertransformasi ke era yang lebih modern. Walaupun sisa-sisa Vampire pada akhirnya dijual ke India oleh Indonesia pada tahun 1963. Inilah mengapa, ketika para penerbang Indonesia mengoperasikan jet tempur Soviet, dapat dikatakan sudah terlatih. Terlebih tipe MIG dari Soviet juga mempunyai kemampuan tempur yang sepadan.

De Havilland Vampire, memang menjadi pembuka era diplomasi senjata secara lebih baik dan terbuka guna kepentingan negara. Hal ini menjadi pengalaman berarti bagi sistem politik militer Indonesia pada masa selanjutnya. Walau dalam beberapa kepentingan, diplomasi militer dapat dirahasiakan, guna menjaga keamanan negara, dalam kekuatan militernya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline