Lihat ke Halaman Asli

Bahas Sejarah

Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Bagaimana Kebudayaan Islam Berkembang di Kalimantan?

Diperbarui: 17 Mei 2023   06:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Kyai Gede di Kalimantan Tengah (sumber: KOMPAS/Kemdikbud)

Siapa sangka, Islam di Kalimantan lahir dan berkembang sebagai hasil pertukaran kebudayaan dari para pedagang yang singgah disana. Namun, apakah pendapat tersebut benar adanya? Dalam satu aspek, dapat dikatakan benar, karena selain Jawa, destinasi para pedagang juga merambah ke daerah lain di Nusantara, seperti Kalimantan, Sulawesi, ataupun Indonesia Timur.

Bukan semata-mata sekedar berniaga, pemukiman-pemukiman lokal yang dibangun di pesisir selatan Kalimantan, sedikit demi sedikit berkembang menjadi sebuah kerajaan ataupun kesultanan yang memiliki corak khasnya masing-masing. Ingat bahwa di Kalimantan ada kerajaan Kutai, yang pernah menjadi salah satu kerajaan besar dengan konsep perdagangannya.

Maka dapatlah diketahui, rute pelayaran para pedagang dapat sampailah ke seluruh wilayah Kalimantan, dan tidak hanya di Kutai semata. Ini kiranya yang menjadi dasar perkembangan berbabagi budaya di Kalimantan. Termasuk dengan penduduk lokal, yang kental dengan adat dan budayanya masing-masing.

Diketahui sejak abad ke 7 masehi, para pedagang Arab telah melakukan perniagaan di wilayah Kalimantan. Hal ini termuat dalam naskah Nukhbah ad-Dahr, masa Khalifah Usman bin Affan. Namun, bukti lain yang menjelaskan lebih rinci ada pada nisan dengan tulisan Arab di Kerajaan Tanjungpura pada abad ke 13. Walau kerajaan ini awalnya bercorak Hindu, dibawah pengaruh Majapahit.

Namun, perkembangan kebudayaan Islam di Kalimatan kemudian tidak dapat dilepaskan pula dari pengaruh Islam di pulau Jawa, khususnya sejak masa keemasan Kesultanan Demak. Selain itu, pengaruh dari Malaka, memang menjadikan wilayah Kalimantan sebagai destinasi para saudagar muslim yang memberi pengaruh kepada pertukaran kebudayaan, khususnya Islam.

Seiring kemunduran Kerajaan Majapahit dan bangkitnya Kesultanan Demak, maka Kalimantan pun tidak luput dari arus pergeseran budaya dan kepercayaan. Pun demikian dengan kebangkitan dari Kesultanan Banjar yang mulai berdiri sejak abad 15, ini sesuai dengan penemuan nisan yang bertuliskan ayat suci Al-Qur'an di daerah Ketapang.

Inilah yang kiranya menjadi faktor utama bagaimana Islam kemudian dapat berkembang di Kalimantan. Pertama adalah lokasinya yang dekat dengan Malaka, ini sesuai dengan temuan bukti di Kalimantan Barat. Sedangkan pengaruh Kesultanan Demak, dapat ditela'ah melalui kebangkitan Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan.

Secara geografis memang dapat disimpulkan melalui dua pendekatan tersebut Islam dapat berkembang di pesisir Kalimantan. Berikut dengan peninggalan kebudayaannya, seperti pada Masjid Kyai Gede di Kalimantan Tengah. Jadi, yang dapat dipahami adalah rute perdagangan dunia kala itu tidaklah hanya di Selat Malaka, apalagi usai berdirinya Kesultanan Banten.

Jalur perdagangan melalui area selatan, Samudera Hindia dan berujung hingga ke Selat Sunda adalah kunci pesebaran kebudayaan Islam secara masif di berbagai daerah. Diketahui pula bahwa di Kalimantan Barat ada seorang tokoh penyebar Islam bernama Syaikh Husain, yang berasal dari Arab. Hingga Sultan Suriyansah sebagai pemimpin Banjar turut serta menyebarluaskan Islam di selatan.

Maka kita akan kenal kemudian tokoh bernama Datuk Ri Bandang, yang juga berperan dalam pesebaran Islam di Kalimantan Timur. Padahal beliau berasal dari Minangkabau, di Sumatera Barat. Beberapa ulama lain dari zazirah Arab yang berkontribusi dalam dakwah Islam di Kalimantan ada Sayyid Syarif Idurs bin Abdurrahman al-Idrus, dan Syarif Husein al-Qadri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline