Lihat ke Halaman Asli

Bahas Sejarah

Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Mengapa Kebudayaan Islam Justru Berkembang di Jawa dan Bukan Sumatera?

Diperbarui: 8 Mei 2023   06:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Interior dan ornamen masjid Dieng (sumber: dokpri)

Seperti kita ketahui, bahwa awal mula pesebaran Islam di Indonesia berangkat dari Sumatera. Selain karen lokasinya yang berada di jalur perdagangan dunia, fakta bahwa Sumatera adalah lokasi transit para saudagar atau pedagang Arab adalah bukti lainnya. Baik ketika transit di Selat Malaka atau Pasai, dimana kemudian di daerah ini kelak akan menjadi kesultanan Islam pertama di Indonesia.

Disini dapat kita pahami, bagaimana Kesultanan Samudera Pasai yang kemudian berdiri, menjadi simbol kelahiran kebudayaan Islam di Indonesia. Syi'ar Islam yang ada di Sumatera kemudian berkembang mencakup seluruh wilayah Indonesia, dan bahkan hingga wilayah Indonesia Timur.

Lantas mengapa justru Kesultanan Islam mampu tumbuh dan berkembang secara pesat di Jawa? Melalui Kesultanan Demak yang memang menjadi cikal bakal tumbuhnya Kesultanan Islam di Jawa lainnya. Hal ini diakibatkan faktor geografis Selat Malaka, yang menjadi sentra perdagangan dunia. Selat Malaka adalah wilayah yang selalu diperbutkan oleh berbagai pihak.

Apalagi ketika para penjelajah asing datang ke wilayah Selat Malaka. Mereka tidak segan melakukan aksi militer untuk sekedar menguasai wilayah yang ikonik dengan julukan Jalur Sutera Selatan. Ketika wilayah Malaka dikuasai oleh siapapun, maka akan ada wajib pajak yang dikenakan oleh kapal-kapal dagang yang berlabuh atau singgah di daerah tersebut.

Hal inilah yang menjadi asal muasal mengapa wilayah Selat Malaka tidak aman ketika sebuah Kerajaan ataupun Kesultanan berdiri. Selalu ada gangguan dan ancaman dari berbagai pihak, belum lagi akan maraknya aksi bajak laut disana. Maka tidak heran, jika kekuasaan atas Malaka tidak dapat dipertahankan secara lama.

Namun hal ini berbeda ketika Kesultanan Aceh berdiri. Lokasinya memang berada di ujung utara pulau Sumatera, dan tidak melebar seperti wilayah Pasai di Selat Malaka. Nah, karena lokasinya yang strategis dan agak jauh dari Malaka, Kesultanan Aceh sanggup berdiri dan berkembang hingga masa perlawanan kedaerahan berkobar.

Jika kita lihat Kesultanan Demak kala itu, terlebih karena lokasinya yang strategis di pesisir utara pulau Jawa. Mengalihkan perhatian para pedagang asing yang datang ke wilayah Indonesia. Mereka lebih memilih untuk singgah di Demak, karena aman dari aksi kekerasan di Selat Malaka. Atas dasar inilah kemudian Kesultanan Demak dapat berdiri dan berkembang lama.

Bahkan menginisiasi lahirnya Kesultanan Banten, Cirebon, dan bahkan Mataram Islam. Hingga nyaris seluruh pulau Jawa berada dalam kekuasaan Kesultanan Demak, ketika banyak kerajaan Hindu/Budha tengah mengalami kemunduran. Belum lagi eksistensi dari Wali Songo yang berhasil mengembangkan dakwah Islam secara merata di Jawa, hingga ke pulau lainnya.

Maka wajar, jika cikal bakal Islam dapat dijelaskan melalui eksistensi Kesultanan Demak di Jawa dan bukan di Sumatera secara umum. Inilah kiranya kisah sejarah perkembangan Islam di Jawa dapat dijelaskan melalui pendekatan sosial/ekonomi. Bukan atas dasar politik, karena Islam di Indonesia tersebar melalui perdagangan dengan bangsa Arab.

Fakta sejarah lainnya adalah, bahwa Kesultanan Samudera Pasai diketahui mengalami kemunduran sejak abad ke 14. Selain karena faktor internalnya, faktor serangan dari negara lain menjadi catatan penting bagaimana Kesultanan Islam di Sumatera ini berakhir. Lain halnya dengan Kesultanan Demak, yang dapat eksis hingga abad ke 16, sesaat setelah Belanda berhasil menaklukkan Jawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline