Lihat ke Halaman Asli

Bahas Sejarah

Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Kereta Api Indonesia: Kisah Sepur Kluthuk di Semarang

Diperbarui: 17 Februari 2023   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lokomotif uap disebuah viaduk (sumber: istimewa-KPG)

Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) adalah sebuah maskapai Belanda yang menaungi moda transportasi kereta api di Indonesia. NISM didirikan pada tanggal 27 Agustus 1863 dan berkantor pusat di Semarang, kini Lawang Sewu. Dimana NISM diberi kewenangan untuk melayani rute Semarang hingga Jogjakarta.

Awalnya pembukaan jalur kereta NISM dilakukan secara bertahap, pertama pada tahun 1867 dengan rute Semarang hingga Tanggung. Kemudian pada tahun 1873 rute Semarang hingga Jogjakarta dapat dioperasikan. Sedangkan di tahun yang sama, rute menuju stasiun Ambarawa (Willem I) dibuka melalui percabangan di stasiun Kedungjati.

Rute yang ditempuh dari Semarang menuju Jogjakarta kurang lebih sekitar 205 km. Lantaran stasiun Semarang yang berada di wilayah Kemijen kerap terendam air pasang, maka sejak pendudukan Jepang stasiun ini tidak lagi dioperasikan. Sebelum berhenti beroperasi, NISM Semarang telah memindahkan lokasi stasiun ke Tawang.

Dari stasiun Tawang inilah kemudian geliat transportasi massal, barang dan industri dikembangkan oleh NISM. Seperti yang dilansir dari laman heritage.kai.id, stasiun Tawang ini mulai beroperasi pada tanggal 1 Juni 1914. Serta diperuntukkan khusus untuk ukuran spoor 1.435 mm, dengan daya angkut yang besar.

Stasiun NIS Semarang Tawang (sumber: istimewa-KPG)

Sedangkan untuk lokomotif yang dipergunakan berasal dari pabrikan Inggris, Belanda, dan Jerman. Ada sekitar 160 unit didatangkan untuk berbagai urusan transportasi NISM. Walau pada perkembangannya, akan banyak diketemukan ukuran rel yang berbeda, dengan lebar 1.067 mm di beberapa lokasi. Tentu dengan lokomotif yang berbeda pula.

Seperti yang ditulis oleh Olivier Johannes Raap, dalam "Sepoer Oeap di Djawa Tempo Doeloe", perbedaan ukuran rel tersebut terjadi karena kontur dan kondisi alam Indonesia tidak sama dengan di Eropa. Maka perlu adanya penyesuaian dengan ukuran lebar spoor. Tetapi untuk area Semarang, hal itu tidak menjadi soal dalam perkembangan NISM.

Hanya sayangnya, untuk lokomotif era pertama kini nyaris tidak diketemukan peninggalannya. Hanya beberapa saja mungkin yang tersisa dan menjadi monumen di beberapa tempat. Seperti yang pernah dipajang di halaman SMK N 2 Jogjakarta beberapa tahun silam.

Walau NIS dapat dikatakan sebagai perusahaan cikal bakal perkeretaapian Indonesia, perusahaan ini juga menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam sejarah perkembangannya. Seperti NITM, SJS, PGSM, ataupun SS, dimana kadangkala mereka menggunakan stasiun yang sama dalam menjalankan kegiatannya.

Potret stasiun NIS Semarang dalam sebuah kartu pos (sumber: istimewa-KPG)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline