Lihat ke Halaman Asli

Novi Saptina

Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

JNE: Dalam Darah Kami, Mengalir Semangat Bangkit Bersama

Diperbarui: 2 April 2023   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Pertumbuhan, pergerakan dan perjalanan usaha. Sesuatu yang sangat asyik didengarkan. Kisah sukses yang diceritakan tentang tiga poin ini tentu  sangat menyenangkan. Namun ketika giliran akan menjalankan usaha dengan meniru resep kisah sukses itu, beratnya sangatlah dirasakan. 

Ada kendala pertama sudah ingin mengakhiri saja. Itulah kenyataan yang ada di lapangan. Yang dialami semua orang, yang menjalani usaha sebagai pemula.  Bila dia lulus dengan ujian ini, dia akan sukses dengan usahanya. 

Bila dia tidak lulus, tidak ada jalan lain, dia harus lulus kalau mau hidup, hahaha.. Karena bila ia tidak lulus, lalu berganti usaha dengan mental yang sama,  dia tidak akan lulus lagi. Maka orang harus lulus dengan ujiannya meniru  pertumbuhan dan perkembangan.  JNE menjadi satu konsep yang penting yang harus disimak.

JNE yang tumbuh bersama menjadi awalan baru dalam dunia usaha. Konsep 'bersama' sulit didapatkan pada suatu tempat pekerjaan. Tuan dan hamba sahaya yang selama ini ada dan terjadi di dalam tempat bekerja, dan itu sangat menyakitkan. Tumbuh besar, dengan pemikiran sang tuan yang bisa pula didapat dari hamba sahayanya,  yang merupakan input besar dan  di bawah tangan besi penuh caci maki yang menyakitkan dalam menjalankan perusahaan.  

Tumbuh, berpijar, harum namanya namun ada yang disakiti dan dikorbankan. JNE telah mencontohkan tidak demikian. #ConectingHappiness adalah program yang dijalankan JNE yang memang menyenangkan semua pihak. Pekerja senang, tuan senang, kontributor senang, partner kerja senang, dan semua elemen yang ada di JNE mengalami kesenangan semua dalam pekerjaannya.

Berawal Dari Covid

Dari peristiwa yang ada di depan mata. Ketika itu Covid-19 melada di Indonesia. Semua tidak menyangka, semuanya hancur. Dahulu semua orang yang mempunyai tempat usaha di tengah keramaian menjadi tuan. 

Dengan bangga, para pemilik usaha ini menjalankan usahanya. Namun Tuhan menginginkan bahwa kebersamaan lebih disukai oleh Nya. Tengok ketika masa pandemi itu, semua berada dalam masa tinggal di rumah, bekerja dari rumah, kantor dan keramaian tidak diperlukan lagi. 

Berapa puluh ribu dalam setiap daerah yang tumbang nyawanya  karena virus Covid-19 yang belum ditemukan  vaksinnya. Namun bangsa Indonesia memang  terkenal ulet dalam mensahabati penderitaan dan berjuang memerdekakan diri, adalah keahlian yang sudah dibawa selama 3,5 abad yang telah lalu. 

Penjajahan yang lama, penderitaan yang panjang dan amat sangat telah menjadikan kekuatan dan ketabahan tersendiri. Menderita akibat penjajahan, berusaha keluar darinya, dilakukan secara turun temurun. Pahlawan dan masyarakat saling bekerjasama. 

Bagaimana para rakyat membantu perjuangan para pahlawannya, serta bagaimana para pahlawannya menjalankan strategi memerdekakan diri, sambung-menyambung dari generasi ke generasi hingga akhirnya kini etos kerja itu seperti telah mendarah-mendaging ada di setiap individu bangsa Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline