Lihat ke Halaman Asli

Novi Saptina

Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Pro-Kontra Warung Buka Saat Puasa

Diperbarui: 25 Mei 2018   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makanan di warung yang menggiurkan

Sudah diketahui khalayak bahwa bulan Ramadhan atau yang disebut banyak orang sebagai bulan Puasa adalah bulan Istimewa, penuh berkah, dan banyak lagi sebutan lainnya. Tentunya sesuai dengan sebutannya yang istimewa itu didapatkannya juga tidak gampang atau tidak mudah, namun perjuangannya penuh dengan cucuran air mata. "Wong pahalanya banyak sekali", kata orang jawa saking tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata.

Sesuatu yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata pasti tidak bisa dicapai sambil tidur-tiduran, duduk santai, gampang jalannya. Hal itu tentu tidak masuk akal, duduk santai lalu ada lailatul qadar datang. Harus diupayakan dengan sungguh --sungguh.

Saking sungguh-sungguh banyak orang yang ingin tujuan target puasa yang maksimal tercapai. Khusuk dan khikmat manjalankannya. Namun negara Indonesia itu sudah terbiasa bertenggang rasa dan saling menghormati sejak dahulu, sehingga saling menghormati sesama agama  juga berlaku di Indonesia. Para wali mengajarkan untuk menghormati sesama dengan sangat damai sekali.

Bagi yang tidak berpuasa untuk menghormati yang berpuasa dengan tidak membuat yang berpuasa itu teraduk emosinya karena sedang menjalankan puasa. Tidak mengejek orang berpuasa dengan tingkah laku yang menusuk mata, misalnya makan di depan orang yang sedang berpuasa, memakai pakaian yang tidak sopan, atau berkata-kata yang tidak baik.

Namun agama juga memaklumi hati orang yang berpuasa. Bila orang yang berpuasa itu menghadapi godaan itu semua dan tidak bisa mengatasinya, disarankan untuk berkata "ini shaimun" yang artinya "saya sedang berpuasa". Diharapkan dengan kata-kata itu, para penggodanya akan malu terhadap kelakuannya yang telah menusuk mata orang yang berpuasa dan sudah mengganggu orang yang berpuasa itu.

Bila ditilik dari itu semua adalah tenggang rasa,  dari yang berpuasa juga tenggang rasa, dari pengganggunya,  dari yang tidak berpuasa juga tenggang rasa menghadapi orang yang berpuasa.

Dari sini muncullah persoalan, bagaimana tentang warung yang buka pada saat bulan puasa seperti ini. Warung yang mestinya menebarkan bau wangi masakan, juga terlihat orang-orang yang tidak berpuasa sedang makan di warung itu. Tentu saja bila orang yang sedang berpuasa akan terganggu dengan ini semua. Bisa-bisa juga orang itu bisa membatalkan puasanya karena tergoda dan ikut makan di warung itu.

Warung ini bila dilihat dari pekerjaanya, tidaklah salah dan tidak ada kesengajaan dia membuka warungnya karena itu memang pekerjaannya. Bahkan, ia juga bisa membantu orang yang bukan muslim yang memang tidak diwajibkan puasa, sehingga ia membutuhkan makanan untuk dikonsumsinya.

Ada warung yang menghormati bulan puasa dengan mengambil jalan tengah yaitu membuka warungnya dengan hanya setengah saja. Jadi warung itu memberi tanda bahwa dia masih melayani pembeli namun tidak menyolok mata. Sehingga tidak terlalu menusuk perasaan orang yang sedang berpuasa.

Namun ada yang berpendapat bahwa, mau dibuka separo atau tidak , kalau orang itu mau puasa ya puasa, kalau mau tidak meneruskan puasanya ya makan, artinya bila orang itu mentalnya kuat, niatnya sungguh-sungguh maka dia akan tetap berpuasa sampai batas waktu yang ditentukan.

Meraih Kemenangan Bersama

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline