Lihat ke Halaman Asli

Novi Saptina

Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Kasih Sayang pada Anak dengan Pendidikan

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak sekali permasalahan setelah hidup berumah tangga, kata teman. Memang begitulah hidup kataku membalas keluhannya. Kami berbincang-bincang asyik mengenai ini, entah kenapa teman itu tiba-tiba memilih topik ini untuk di perbincangkan, mungkin karena sudah tak kuat lagi menahan beban yang ada dihatinya.

Ternyata ia kebingungan karena justru dia ingin pergi haji dan melanjutkan sekolah anaknya ke program pasca Sarjana atau S2.Langkah yang dia tempuh sudah mengambil dana talangan haji dan sudah mengangsur satu kali dan bersamaan itu pula anaknya sudah lulus test S2 akan masuk dan membayar sejumlah uang untuk semester satu.

Langkah yang bagus, tapi masalah yang dihadapi bukannya apa-apa, dia hidup sederhana namun semua langkah itu dia tempuh. Dan dia tidak percaya diri ,akan prestasi hidup yang ia capai itu.tidak enak dengan orang lain. Lho kok begitu?

Pendidikan adalah kasih sayang yang paripurna

Saya agak bingung dengan cara berfikirnya yang meloncat loncat namun tajam. Sayapun memakai cara dengan menyuruhnya saja bercerita apa yang menjadi cita-citanya,keinginannya, harapannya danapa yang menghalangi semua itu terwujud.

Bagi saya, katanya saya memberi pendidikan yang cukup pada anak saya adalah bukti bahwa saya mencintainya penuh. Karena dengan memberikan pendidikan yang penuh maka, pendidikan itu akan bisa dipergunakan senjata dalam hidupnya. Dan kalau dia mempunyai senjata yang ampuh dalam hidupnya nanti hidupnya juga akan bahagia dalam hidupnya. Sehingga akupun akan dengan tenang dan puas sudah memberikan pada anakku semua.

Begitulah katanya, saya mengenal teman ini memang orang yang gemar menabung.Sejak mahasiswa tingkat satu dia sudah terlihat aktifnya dalam kehidupan nyata. Saya pernah menyertai dia mencari alamat surat panggilan kerja bahwa dia melamar menjadi penyiar di suatu radio swasta. Tulisannya juga sering muncul di Koran dan majalah. Tahun-tahun berlalu dia menjadi reporter di Koran daerah juga mengajar di SMA . Begitu ulet begitu tekun dan begitu teguh pendiriannya.

Yang aku tertarik padanya itu adalah, kenapa dia bisa menjadi manusia yang mempunyai banyak kegiatan yang kegiatannya itu bisa menghasilkan uang. Begitu bathin saya waktu mahasiswa dulu, betapa senangnya dalam waktu yang masih muda bisa mencari uang sendiri. Dia bisa beli baju yang diinginkan, senang sekali aku melihatnya.

Ternyata sampai sekarang semua itu masih melekat padanya. Dia orang yang menarik namun sederhana, dan anaknya dididik menjadi anak yang pandai sampai terakhir dia menghadiahkan kasih sayangnya dengan memberikan dana kuliah di pasca srjana atau S2.

Aku pandangi dia, air matanya mengalir, dan sungguh……katanya setoran hajiku juga sudah lunas. Aku sudah memberikan seluruh hidupku pada kehidupan katanya lagi.

Tiba-tiba hatiku berdesir, melihat semua yang ada didepan mataku ini sebagai suatu contoh nyata perjuangan seorang dari kaum bawah yang menembus batas dengan pendidikan. Sesuatu yang sulit dan terjal dilalui tapi dia memilih jalan itu.

Pendidikan kasih sayang yang sesungguhnya

Ketika aku Tanya haruskah pendidikan tinggi untuk menembus batas semua itu? Dia hanya mengangguk ,tidak berkata apa-apa namun air matanya meluncur lagi namun bibirnya tersenyummenunjukkan ketegaran dan ketabahan hati.

Dan aku tunggu perkataannya agak lama. Justru itulah karena aku memilih jalur pendidikan itu untuk anakku. Dan aku percaya Allah Tanpa ada kata-kata yang lain lagi.

O sekarang aku tahu maksudnya, aku mengagumi kehebatannya. Dalam kondisinya seperti itu pastilah rintangan sekeliling banyak namun dia teguh hati untuk menembus batas dengan memberikan pendidikan anaknya yang tinggi.

Lalu aku beri ucapan selamat padanya, aku bilang, terusjalan jangan ragu . Kamu sudah memilih jalan terbaik dan terbagus yang pernah aku lihat dalam perjalanan anak manusia yang aku pernah kenal.Semua memang harus mengutamakan pendidikan agar diri menjadi Selamat Bangsa menjadi bijak dan Negara menjadi Besar.

Paripurna

Kalau dilihat dari perjalanan itu, dapat dilihat, meskipun dia sederhana namun dia mengalokasikan dana di bidang pendidikan dan percaya betul bahwa kekuatan Allah itu diatas segalanya. Dia tidak membayangkan masa depan yang jelek namun dibayangkannya yang optimis optimis saja, dengan menyebut nama Allah dia maju saja yang penting dia tidak foya-foya hidup sederhana mohon perlindungan pada Allah Tuhan segala Maha. Dia bisa menyekolahkan anaknya sampai S2 dan itulah tanda cinta kasih pada anaknya.

Baginya pendidikan yang puncak itu adalah warisan yang diberikan kepada anaknya untuk menolong kehidupannya. Karena orang yang pendidikannya cukup dan beribadah pada Allah secara baik akan diberi kehidupan yang baik.

Akhirnya bagi dirinya sendiri disisihkannya dana untuk menabung pergi ke tanah suci menghadap pada Allah yang mencintai dan dicintainya memasrahkan seluruh hidup. Aku pulang kerja dengan tenaga yang penuh . Hari ini aku dapati sebuah pelajaran yang agung yang keluar dari seorang wanitabiasa kelas ekonomi rendah namun bisa mengangkat derajatnya dengan tinggi dan agung. Tanpa basa-basi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline