Lihat ke Halaman Asli

Romantisme KA Parahyangan

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya baru ngeh, alias baru dong. Ternyata, banyak ya orang yang terharu ketika KA Parahyangan dipensiunkan. Mulai dari teman2 FB, statusnya berisi kalimat perpisahan dengan sang kuda besi, foto2, bahkan farewell party *gendeng* . Di milis yang saya ikuti, banyak membernya memposting berbagai kisah kenangannya ttg KA Parahyangan. Entah itu, kisah romantis dengan sang istri atau suami, dengan sang mantan, atau kisah penuh penderitaan dan menyebalkan, atau justru konyol dan bikin kita senyum-senyum sendiri ketika baca milis.

Saya sih tidak sok romantis. Kalau memang sudah tidak bisa dioperasikan, ya sudah, diikhlaskan saja. Meski pernah akrab dengan KA ini ketika th 95-2003. Dari mulai cari bahan2 referensi di Pusat Kebudayaan Perancis – CCF Jakarta, hingga harus bolak-balik karena urusan pekerjaan. Saya juga acap kali naik KA ini pulang pergi hanya untuk mendatangi pameran2 lukisan atau seni instalasi yang biasanya diadakan di galeri-galeri di Jakarta. Dari mulai dapat tempat duduk enak, dekat WC, di restoran, di tangga, atau berdiri. Tapi belum pernah menggelar di lantai seperti kalo kita naik kereta ekonomi ke Jawa tengah atau Jawa Timur. Bahkan jauh sebelum itu ketika tahun 85-87, saya juga sering ke stasiun Bandung di jalan.., hmm.. apa tuh saya lupa, untuk urusan antar jemput ibu saya yang mondar mandir ke Bandung, Bogor, Jakarta sebagai daerah kekuasaannya.

Well, katanya sih yang paling terkenal di KA Parahyangan adalah nasi goreng dan teh manis. Tapi sumpah, mungkin hanya sekali saya makan nasi goreng dan minum teh manis itu. Pasalnya, ibu saya pernah cerita bahwa “katanya” nasi gorengnya itu adalah nasi goreng sisa yang tidak habis, kemudian dikumpulkan kembali dan dihidangkan jadi tampak seperti baru tersaji. Begitu pula teh manisnya. Waduh, saya jadi gak berani deh mengkonsumsi si menu kojo itu. Mungkin ini sih hanya akal-akalan ibu saya ya. Seorang teman penggemar dan pelanggan KA ini dan seorang karyawan PT KA kemudian menginformasikan bahwa berita itu hanya isu semata. Karena PT KA menyiapkan beberapa termos yang berisi nasi goreng. Sebetulnya menu favorit saya adalah Bistik Jawa. Mudah2an ini bukan hidangan “pungutan”, karena lekker meski alot, para penumpang biasanya habis memakannya.

Seingat saya, saya juga cuma sekali menyewa bantal segi empatnya itu. Itu pun saya pakai buat alas duduk di tangga karena saya tidak tega membayangkan bahwa di bantal itu sudah tercampur keringat dari berapa puluh kepala. Belum lagi kalo si penyewa bantal juga ngiler. OMG. Enggak banget deh.

Dan ternyata ketidakromantisan saya kepada KA Parahyangan ini terbukti, karena akan segera hadir Argo Parahyangan sebagai penerus KA Parahyangan dan respon terhadap kekecewaan pelanggan. Becanda nih PT KA, jurus akal-akalan, biar laku lagi? Mudah2an bukan, ya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline