Sebaris kata yang aku eja menjadi rangkaian kalimat indah hanya untuk memuji Dia Yang Maha Pemberi Nafas Kehidupan. Aku ambil kata dari langit, aku ambil bahasa dari luasnya samudera dan aku pungut kalimat-kalimat berserak dari dalam bumi. Semua itu aku kumpulkan dalam genggaman untuk aku jadikan racikan do'a pada pengantar pagi.
Seulas senyuman menyambut hadirnya semburat mentari pagi. Dalam tatapku aku berkata, aku ingin berguru kepadamu wahai mentari. Mentari yang tak pernah berkata "akulah penerang semesta". Tetapi tetap berada dalam ketundukan dan ketaatan kepada Sang Pencipta tanpa harus membusungkan dada dan menunjuk siapa dirinya.
Lalu, aku tatap langit yang mulai membiru dipenuhi lukisan awan dengan gradasi warna yang sempurna. Semakin tampak indah dengan warna keemasan yang bersembunyi di balik awan. Dan dalam ketakjubanku aku berkata,"akupun harus berguru kepadamu tentang makna kerendahan hati, wahai langit."
Cirebon, 18 Desember 2022
Novi Nurul Khotimah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H