"Innash-shofaa wal marwata min sya'aa-irillah. Abda-u bimaa bada-allaahu bih."
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah termasuk sy'iar agama Allah. Aku memulai sa'i dengan apa yang didahulukan oleh Allah."
Itulah untaian do'a ketika memasuki bukit Safa dan Marwah yang ada di dalam Mesjidil Haram. Do'a diucapkan sebelum melaksanakan sa'i yang merupakan rangkaian wajib haji maupun umrah. Jika tidak melaksanakan sa'i maka ibadah haji dan umrahnya tidak sah.
Setelah membaca do'a tersebut para Jamaah Haji naik ke puncak bukit Safa kemudian menghadap ke Ka'bah untuk menyampaikan do'a-do'a kepada Allah SWT . Diawali dengan membaca takbir sebanyak tiga kali Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, kemudian dilanjutkan dengan membaca " Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamd, wa huwa 'alaa kulli syai-in qodiir, laa ilaaha illallaahu wahdah, anjaza wa'dah, wa nashoro 'abdah, wa hazamal ahzaaba wahdah."
"Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujian. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, yang melaksanakan janjiNya, membela hambaNya (Muhammad) dan mengalahkan golongan musuh sendirian."
Saya dengan suami pun tak ketinggalan bermunajat kepada Allah Penguasa Semesta di atas bukit Safa. Dengan menengadahkan tangan dengan mata menatap Ka'bah, saya curahkan segala isi hati seakan tak bersisa diantara jeda do'a-do'a takbir diatas sebanyak tiga kali. Berdo'a diantara puluhan juta orang, bermunajat ditengah lautan manusia, yang semuanya merengek kepada Sang Pencipta Raga menyampaikan permohonan dan hajat masing-masing.
Saya selalu mencoba merapat ke pinggir Bukit ataupun tiang yang ada di sekitar itu untuk berdo'a agar tidak diusir-usir Askar untuk diminta segera berjalan kembali mengingat padatnya jamaah, dikhawatirkan akan menggangu perjalanan sa'i jemaah haji lainnya. Tetapi jika mengambil tempat di posisi itu, Insya Allah aman.
Dengan demikian saya berkesempatan bermunajat dengan khusyuk dua kali di setiap bukit. Segala rasa yang ada, segala permohonan atau hajat yang diinginkan. Merasa banyaknya timbunan dosa yang ingin dilebur, dibukakan ampunan yang seluas-luasnya dari Dia Yang Maha Ghofur. Sanjungan demi sanjungan yang sejatinya hanya milik-Nya. Serta segala permohonan tersampaikan tak bersisa di tempat dimana dulu Siti Hajar, seorang Ibu yang sangat mencintai anak kesayangannya mondar mandir sebanyak tujuh kali antara bukit Safa dan bukit Marwah karena menangis terus karena kehausan dan kelaparan di tengah Padang tandus tanpa ada seorangpun yang dapat dimintai pertolongan.
Selesai berdo'a di bukit Safa, perjalanan dilanjutkan menuju bukit Marwah dengan berdzikir dan bersholawat sepanjang jalan atau membaca do'a-do'a. Jika perjalanan sudah sampai pada batas lampu hijau yang ada diantara bukit Safa dan bukit Marwah, jemaah laki-laki diharuskan berlari-lari kecil dengan membaca do'a