Gunung Merapi kini mengalami erupsi kembali. Sejak tanggal 5 November 2020 lalu Gunung Merapi dinyatakan status siaga. Persis sepuluh tahun yang lalu tepatnya tanggal 5 November tahun 2010 Gunung merapi mengalami erupsi yang sangat dahsyat. Erupsi yang sangat dahsyat itu telah meluluhlantakkan kehidupan di wilayah sekitar daerah Yogyakarta. Bahkan ratusan orang harus kehilangan nyawa akibat erupsi tersebut. Hewan-hewan ternak terpanggang lahar panas.
Dengan status siaga kini sudah tentu pemerintah melalui pemerintah daerah setempat menghentikan sementara segala aktivitas hingga situasi sudah dinyatakan aman. Begitu pula dengan aktivitas wisata di daerah sekitar lereng gunung merapi. Dengan tujuan mengantisipasi sedini mungkin terhadap bencana yang diperkirakan terjadi.
Salah satu destinasi wisata di daerah lereng gunung merapi yang terhenti aktivitasnya adalah Merapi Lava Tour. Destinasi wisata yang satu ini pada saat situasi lereng Gunung Merapi aman dan terkendali merupakan destinasi pilihan.
Destinasi wisata yang tidak biasa, penuh sensasi, ajang uji nyali dalam bermain emosi. Setidaknya itu yang sudah saya rasakan ketika berkesempatan menjelajah, menyusuri jejak-jejak dahsyatnya erupsi gunung merapi yang menewaskan seorang kuncen terkenal yaitu Mbah Marijan yang setia akan tugasnya dalam menjaga Gunung Merapi.
Saat mendapatkan pilihan salah satu destinasi wisata Yogyakarta adalah Merapi Lava Tour dari sebuah agen wisata tidak serta merta saya terima. Mendengar namanya saja, ada rasa kengerian yang mendalam, teringat saat menyaksikan letusan dahsyat gunung merapi itu di layar kaca dan di berbagai media. Teringat bagaimana kalang kabut, kepanikan merajalela pada masyarakat setempat saat menyelamatkan diri.
Apalagi saya akan berwisata bersama siswa-siswa. Namun, dengan piawainya agen wisata dalam menjelaskan dan berpromosi sekait destinasi wisata itu, akhirnya saya beserta rekan-rekan guru luluh juga, justru timbul rasa penasaran yang tinggi ingin menjelahi jejak Gunung Merapi, jejak seorang kuncen yang sangat setia akan tugasnya, tak tergiur iming-iming harta maupun tahta agar ia mau diajak mengungsi menghindari amukan lahar panas merapi itu.
Dan di penghujung bulan pertama tahun 2020, kurang lebih dua bulan sebelum masa pandemic covid-19 saya berkesempatan menikmati sensasi wisata di Merapi Lava Tour. Destinasi wisata yang tidak biasa, bukan daerah perkotaan tetapi lereng gunung merapi hingga menuju puncak merapi yang sudah tidak menampakkan gunungannya lagi karena letusan terjadi di tanggal 5 November 2010 itu.
Medan yang harus ditempuh dari lereng gunung merapi menuju puncak itu cukup jauh dan sulit. Kurang lebih 1-2 jam waktu yang dibutuhkan dengan menyewa mobil jeep berbayar 350 ribu, berpenumpang 4 orang ditambah satu sang sopir sekaligus guide wisatanya. Semakin memacu adrenalin saya ketika saat itu turun hujan meski tidak deras tetapi membuat baju basah dan perjalanan semakin mengasyikan dengan rute jalan naik dan terjal menyusuri jejak-jejak lahar panas ketika erupsi.
Dengan pelayanan yang ramah dari sang sopir dan sekaligus guide wisata, bertutur runtut dan jelas ketika menjelaskan setiap sudut-sudut dan sisi-sisi tentang bencana dahsyat yang telah terjadi. Kepiawaiannya dalam bertutur sekait bencana erupsi itu membuat saya dan rekan-rekan tak henti selalu menyebut asma-asma-Nya, mengagungkan kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Rasa empati yang begitu tinggi terhadap masyarakat sekitar yang terdampak erupsi. Emosi pun bermain disini, merasakan sedih yang luar biasa saat bencana itu datang, mengharu biru manakala masyarakat mulai menggeliat, bangkit dari keterpurukkan, berusaha menata kembali kehidupan yang nyaris mati bahkan kiamat kecil. Subhanallah....
Ketika saya dan rekan-rekan larut akan cerita sang sopir itu, tetiba ia mengalihkan suasana itu menjadi riang ,buyar rasa sedih dengan cara mengajak ke jalan yang terjal, berkelok-kelok, becek dengan kemahiran mengendalikan kemudinya sehingga saya dan rekan-rekan bisa teriak lepas bebas mengekspresikan segala emosi yang ada. Tak lupa spot-spot foto yang bagus, dengan latar puncak gunung merapi yang saat itu agak tertutup kabut tetapi tidak mengurangi keindahannya.