Lihat ke Halaman Asli

Peningkatan Hasil Belajar PJOK Ketrampilan Dasar Menangkap dan Melempar Bola dalam Permainan Kasti

Diperbarui: 9 Juni 2023   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BEST PRACTICE  PENINGKATAN HASIL BELAJAR PJOK KETERAMPILAN DASAR MENANGKAP DAN MELEMPAR BOLA DALAM PERMAINAN BOLA KECIL (BOLA KASTI). Pendidikan jasmani meupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dilaksanakan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat. Artinya pendidikan jasmani tidak hanya berorientasi pada aspek jasmani semata tetapi juga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga Penjasorkes di sekolah mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, karena hakekatnya pendidikan jasmani sebagai suatu proses pendidikan seumur hidup melalui aktifitas jasmani yang dilakukan secara sistematis. Pengalaman belajar pendidikan jasmani diarahkan untuk pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, membentuk pola hidup sehat dan bugar. Selain itu, dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif peserta didik secara langsung maupun tidak langsung. Pembelajaran penjasorkes dalam tematik terpadu di SD kelas tinggi sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa muatan pelajaran dalam satu pembelajaran. Beberapa muatan, misalnya Bahasa Indonesia, IPA, dan Olahraga disatukan dalam tema yang sama kemudian disajikan dalam satu pembelajaran utuh yang saling berkaitan, sedangkan pembelajaran penjasorkes kelas atas sudah terpisah dari tematik terpadu. Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang siswa, sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS). Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis penemuan atau disebut Cooperative Learning sehingga menuntut siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline