Lihat ke Halaman Asli

Etika Bisnis Influencer Bermodalkan Exposure

Diperbarui: 5 November 2019   01:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Media sosial belakangan ini berperan penting untuk menunjang penghasilan para pemilik usaha. Pemilik usaha menggunakan media sosial sebagai bentuk promosi agar usahanya lebih dikenal dan menarik minat masyarakat. Selain melakukan promosi secara mandiri, pemilik usaha biasanya juga dapat menggunakan jasa Influencer untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Influencer dikenal sebagai seseorang yang memiliki massa tersendiri yang biasa disebut dengan istilah 'followers' dalam media sosial karena ketenarannya. Jumlah followers yang besar menunjukkan bahwa Influencer memiliki daya tarik yang tinggi sehingga punya pengaruh yang kuat terhadap para followersnya. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan para pemilik usaha untuk bekerja sama dengan Influencer guna memperluas pasar usahanya. Umumnya, Influencer yang memenuhi kriteria akan dikejar oleh pemilik usaha agar dapat dilakukan kerja sama dengan ketentuan dan kesepakatan bersama. Namun, tidak sedikit juga Influencer yang mulai kreatif dengan menawarkan diri kepada pemilik usaha agar menggunakan jasanya dengan 'exposure' sebagai  timbal baliknya. Exposure sendiri diartikan sebagai perhatian yang didapat dari orang banyak (followers) sehingga membuat sesuatu yang ditampilkan oleh Influencer seperti barang, jasa, tempat dan lain sebagainya menjadi lebih dikenal masyarakat.

Kreativitas Influencer ini ternyata tidak selalu mendapat sambutan hangat dari para pemilik usaha. Cara penyampaian yang dilakukan dari pihak Influencer terkadang dianggap tidak memiliki etika. Salah satu kasus yang pernah menjadi perbincangan di kalangan netizen adalah ketika salah satu Influencer yang mengumumkan bahwa dirinya sedang mencari Event Organizer untuk keperluan acara internal timnya selama tiga hari dengan timbal balik berupa exposure. Para pengguna media sosial mengomentari hal tersebut dan mengganggap bahwa Influencer tersebut tidak memiliki etika. Mereka beranggapan Event Organizer dalam merangkai sebuah acara yang baik tentu menghabiskan banyak waktu, tenaga, pikiran dan keperluan sehingga penawaran dengan timbal balik yang hanya berupa eksposure dianggap kurang seimbang terlebih dengan cara penyampaian penawaran kerja sama tersebut di mana Influencer dianggap meremehkan dan tidak menghargai pemilik usaha.

Alexander Thian dalam video di channel YouTube pribadinya yang berjudul #LetMeTellYouAStory About: "IN EXCHANGE FOR EXPOSURE" mengatakan sebenarnya tidak masalah dan sangat wajar jika Influencer menawarkan timbal balik berupa exposure, yang perlu diperhatikan adalah etika dalam penyampaian timbal balik exposure tersebut. Influencer yang profesional dapat melakukan penawaran dengan memperkenalkan diri, menjelaskan apa yang sedang dilakukan, apa yang timbal balik yang bisa diberi, sehingga pemilik usaha tidak merasa dipalak Influencer. Bahkan ada juga Influencer yang membuat proposal kerjasama dengan bersungguh-sungguh dan menjabarkan secara detail apa saja timbal balik yang bisa diberikan agar saling menguntungkan sebagai bentuk penawarannya. Sependapat dengan Alexander Thian, "it's not what you said but it's HOW you said it."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline