Lihat ke Halaman Asli

Novi Khairun Nisa

Saya seorang mahasiswa sastra inggris

Upaya Persib Bandung Lawan Penyalahgunaan Online

Diperbarui: 19 Januari 2022   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penyalahgunaan atau kekerasan online di dunia maya bisa terjadi pada siapa saja di era digital. Persib Bandung ingin memperjuangkan kebaikan bersama.
Persib sebagai salah satu klub besar di Indonesia tentunya memiliki banyak penggemar, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Di era modern ini, media sosial adalah cara untuk lebih dekat dengan penggemar Anda.

Persib juga bisa mendapatkan umpan balik langsung dari penggemar mereka tentang apa pun yang dilakukan klub, terutama selama pertandingan. Namun, hal ini juga menimbulkan risiko Persib rentan di dunia maya.

Salah satunya seperti saat ini Persib sedang terpuruk karena hanya menang dua kali dari delapan laga terakhirnya di Liga 1 2021. Fans Persib yang tidak puas dengan penampilan tim langsung menghebohkan dengan tagar #ReneOut.

Itu sebagai bentuk protes, sehingga manajemen langsung memecat pelatih Persib Robert Rene Alberts. Tak hanya Rene Alberts, beberapa pemain asing Pesib yang dinilai buruk juga menjadi incaran fans yang marah.

Di antara sekian banyak penggemar, bahkan ada yang dituding tidak masuk akal, bahkan melahirkan fenomena pelecehan atau pelecehan online di dunia maya. Maka maraknya kekerasan di dunia maya bukanlah hal yang aneh, dan justru membuat para atlet atau atlet begitu frustasi dari luar hingga terlihat lebih buruk.

Persib, sebagai badan besar di dunia olahraga Indonesia, sangat menyoroti hal ini. Mereka ingin melawan hal-hal buruk seperti ini untuk masa depan klub dan sepak bola.

Baru-baru ini, di negeri sendiri, beberapa pebulu tangkis nasional Indonesia dikritik secara tidak pantas di media sosial karena penampilan beberapa pemain tidak sebagus yang diharapkan. Banyak kritik beralih dari substansi untuk menyerang ukuran beberapa atlet. Bahkan dalam beberapa kasus, penyerangan secara online terhadap keluarga atlet dan orang-orang terdekat tidak jarang terjadi," kata Gabriella Witdarmono, Wakil Presiden Kemitraan dan Aktivasi Persib, dalam sebuah pernyataan. 

"Permasalahannya, online abuse tentunya menghasilkan dampak yang negatif terhadap target sasarannya. Alih-alih termotivasi dan berusaha menjawab kekesalan pendukung mereka, atlet-atlet ini menjadi tertekan dan rentan stres, yang berujung pada penampilan yang tidak maksimal di lapangan," sambungnya.

"Maraknya kejadian online abuse yang terjadi mendorong para atlet dan orang terdekatnya untuk mengunci akun media sosial mereka, atau lebih ekstrim lagi, menghapusnya karena tidak tahan akan gempuran ujaran kebencian yang dilemparkan pada mereka. Padahal, media sosial seharusnya menjadi tempat atlet bisa berinteraksi langsung dengan penggemarnya."

Karena itu, Gabriela meminta para suporter untuk lebih dewasa dan menerima hasil apapun di lapangan. Meski tidak sesuai harapan, itu adalah bagian dari proses yang dilalui setiap atlet atau tim olahraga, termasuk Persib Bandung. Karena olahraga adalah tentang hiburan dan prestasi, jangan dimanjakan dengan hal-hal negatif seperti penyalahgunaan online. 

"Online abuse tidak bisa lagi dianggap sebagai angin lalu ataupun hal yang sepele karena dampaknya yang bisa mengganggu mental dari para atlet. Maka dari itu, perlu adanya mitigasi yang diterapkan oleh federasi atau klub untuk melindungi atlet-atletnya. Sebagai contoh, dari perspektif praktisi industri olahraga, klub selalu mencoba melindungi para atlet dengan menekankan spirit kebersamaan baik dalam situasi menang atau kalah," papar Gabriella.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline