Lihat ke Halaman Asli

Novi Setyowati

TERVERIFIKASI

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Dresden, Musim Panas, dan Sungai Elbe

Diperbarui: 24 Maret 2021   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semperoper Dresden di musim panas (Dokumentasi pribadi)

Mengutarakannya tak sesederhana,
Angin utara kepada Sungai Elbe.

Musim panas masih terasa sangat terik, padahal kalender sudah menunjukkan penghujung Agustus. Masih belum juga ada pertanda musim gugur datang mendekat.

Untungnya, angin yang bertiup di sekitaran Sungai Elbe mengaburkan terik matahari yang terasa sepanjang hari itu.

Dresden sangat ramai di musim panas apalagi saat sebelum pandemi. Banyak pengunjung yang bahkan masih membawa koper-koper mereka di sekitaran kota tua dan tempat-tempat wisata lainnya.

Sungai Elbe, Dresden (Dokumentasi pribadi)

Dresden, salah satu kota favorit saya di Negeri Panzer. Terletak di sebelah timur dan termasuk dalam negara bagian Sachsen (atau Saxony dalam Bahasa Inggris). Dresden sendiri merupakan ibu kota dari Sachsen itu sendiri.

Musim panas saat itu, banyak rekonstruksi yang sedang dilakukan di area kota tua. Meskipun begitu, arsitektur klasik khas kota Dresden tetap dapat dinikmati dengan indahnya meski tak semua tempat bisa dikunjungi karena sedang direkonstruksi.

Salah satu area di Kota Tua Dresden yang sedang direkonstruksi (Dokumentasi pribadi)

Awalnya, saya selalu ragu untuk berkunjung ke Jerman sebelah timur. Sesederhana karena di sebelah timur dari negeri ini adalah rumah dari salah satu partai politik di sana yang anti imigran.  

Sempat mengalami pengalaman yang kurang mengenakkan sebagai migran saat tinggal di sebelah selatan negeri ini membuat saya agak takut juga untuk berkunjung ke sebelah timur. Tapi, demi pertemuan dengan sahabat Brazil saya yang sudah hampir setahun tidak berjumpa, saya beranikan diri untuk berkunjung ke kota ini.

Dan ternyata, berbeda dari bayangan saya, kotanya sangat ramah. Bertemu dengan orang-orang di jalan pun tidak semenakutkan yang saya bayangkan. Bahkan, saat sedang berada di kota tua, seseorang menyapa saya dan mengajak berbincang hangat karena mengenali paras khas orang Indonesia. 

Ah rupanya, saya hanya overthinking saja. Saya terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi karena prasangka dan ketakutan pribadi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline