Lihat ke Halaman Asli

Novi Fatonah

Mahasiswa

Lupa adalah Obat Luka

Diperbarui: 24 Januari 2021   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Terus melangkah melupakanmu
lelah hati perhatikan sikapmu
Jalan pikiranmu buatku ragu
Tak mungkin ini tetap bertahan

Perlahan mimpi terasa mengganggu
Kucoba untuk terus menjauh
Perlahan hatiku terbelenggu
Kucoba untuk lanjutkan hidup”
– lirik lagu Menghapus Jejakmu

Lirik lagu di atas mengandung solusi dalam menyikapi ketidaknikmatan hidup adalah lupa, yangmana kata Ariel Noah dalam lirik lagunya adalah untuk melanjutkan hidup.

Lupa merupakan nikmat dari Allah yang sering luput dalam hidup kita.

Bayangkan engkau hidup tanpa lupa. Dari kecil hingga besar, engkau jalani hidupmu sangat berat karena semua kejadian baik senang maupun sedih terekam dengan jelas dalam memorimu. Betapa beratnya hidup ini jika kau terus memikirkan omongan tetangga yang menohok kala itu, atau betapa beratnya hidup jika kau selalu terkenang begitu manisnya janji kawanmu kepadamu yang kini hanya tinggal pepesan kosong belaka saja, dan Betapa beratnya hidup jika setiap tempat kau akan ingat kejadiannya. Hhmm…nelangsa.

Aku setuju jika orang-orang bilang bahwa lupa adalah nikmat yang terlupakan. Lupa dapat menjadi obat luka. Artinya, jika ada momen di hidupmu dimana itu membuat hatimu terluka, lupa kerap kali menjadi obat untuk lukamu itu. Bukan untuk lupa yang dipaksakan tapi memang otak manusia disetting Allah untuk lupa dengan sendirinya, supaya engkau enjoy dalam menjalani hidupmu. Kekecewaan yang kau rasakan hilang begitu saja seiring berjalannya waktu (lupa).

Bukan aku membela lupa yang kerap kali kau salahkan ketika kau beralasan, Bukan. Tapi aku mengajak kamu untuk tidak melupakan bahwa lupa adalah bagian dari nikmat-Nya.

Orang alim berkata dalam khotbahnya bahwa pandai-pandailah kalian bersyukur sebagai titik dimana kalian mensyukuri nikmat-Nya. Dalam hal ini kita diajak untuk pandai mensyukuri ketidaknikmatan, yang menurut aku adalah ya nikmat lupa itu.

Nah, Jika lupa itu juga nikmat.

Maka…

Nikmat mana lagi yang kau dustakan? (Firman-Nya dalam surah Ar-Rahman)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline