Parjo bapaknya Yanto memutar otak gimana caranya bisa beli hape bagus untuk sekolah online. Setelah nego dengan pak mandor, Parjo dapat pinjaman uang yang bayarnya dipotong upah selama duapuluh empat minggu. Beres, pikir Parjo.
Ternyata urusan hape belum selesai, supaya bisa dipakai sekolah hape baru itu harus diisi pulsa sama kuota internet. Berhubung upahnya sudah dipotong cicilan hape, maka jatah mingguan Narsih -emaknya Yanto- ya otomatis berkurang dan harus dikurangi lagi buat jatah kuotanya hape Yanto.
Narsih ngomel-ngomel tapi ya mau gimana lagi.
Demi masa depan anak biar pinter
Setelah punya hape bagus Yanto jadi betah lama-lama dikamar. Setiap ditanya sama Narsih katanya dia lagi belajar dan ngerjain tugas dari sekolahnya.
Nggak jarang sore-sore gitu Yanto dijemput temannya, katanya mau mengerjakan tugas kelompokan. Pulang larut malam kadang menjelang pagi
Parjo sama Narsih ya percaya saja, wong perginya bawa tas sekolah sama buku. Pasti belajar. Bangga mereka punya anak yang rajin kayak Yanto. Narsih sudah nggak ngomel lagi jatahnya dipotong kuota sama cicilan hape, pinter gitu anaknya.
Wis rapopo
Sampe suatu hari di siang yang terik ibu guru berseragam coklat datang ke rumah mereka, mengabarkan kalau Yanto nggak pernah sekolah dan nggak pernah ngerjakan tugas
Badala,
Dipanggillah si Yanto yang lagi "belajar" dikamar lalu diinterogasi sama Narsih