Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Aku yang Lebih Baik

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selamat pagi, hari ini di awali oleh sang mentari pagi yang malu-malu untuk menampakkan sinarnya, hai mentari mengapa kau malu menunjukkan keindahanmu yang sudah dinanti oleh semua orang untuk mengawali aktivitasnya. Oh yaa nama ku Sintia Anindia Putri, orang-orang biasa memangginl ku dengan Anin, nama yang bagus bukan, meskipun aku sih hanya seorang mahasiswi semester 5 yang biasa-biasa aja, ga ada yang menarik dalam hidupku. Aku punya orang tua yang masih lengkap, dan juga punya seorang kakak perempuan yang sangat cantik dan dia sudah menikah dan mempunyai dua orang anak yang sangat lucu.

Seperti yang udah ku bilang hidupku biasa aja, dan inlah aktifitasku. waktu kuliah yang padat dari setengah tujuh sampai jam tiga, membuatku harus selalu bangun pagi, meskipun sebenarnya masih ngantuk banget. Aku selalu menjali waktuku untuk kuliah sesekali main-main ke kostnya teman-teman, mengerjakan tugas, dan kembali ke kost untuk tidur. Dikampus aku tidak terlalu mempunyai banyak teman entah mengapa terkadang aku lebih suka sendiri dan tanpa adanya keramaian.

Tapi sering kali aku juga merasa bosan dengan hidupku yang terus-terusan tidak menyenangkan. Seperti anak muda lainnya apa lagi aku seorang mahasiswa yang suka jalan-jalan. Saat itu aku dan teman-temanku, Lili, Via, dan Keyla. Kita pergi kesebuah Mol yang dekat dari kampus ya hanya sekedar jalan-jalan meskipun sebenarnya lagi ga punya uang jadi gaya-gayaan dulu lah. Kami sangat menikmati acara jalan-jalan saat ini, sampai sore tiba akhirnya kami memutuskan untuk pulang.

Keesokan harinya kuliah seperti biasa, dan ini adalah kelas yang paling menyenangkan sekali bagi ku, aku memperhatikan dengan seksama apa yang telah diterangkan oleh bu Dosenku. Kata-kata yang paling mengena adalah “saat ini adalah hasil yang kita perbuat dimasa lalu, dan masa saat akan memcerminkan kita masa yang akan datang. Gunakan waktumu saat ini sebaik mungkin agar kamu tidak menyesal dimasa yang akan datang”. Dan aku pernah belajar juga bahwa sebenarnya perilaku, sikap, kepribadian kita berpengaruh dari masa kecil kita, contoh gampangnya kalo dari keci kita tidak dibiasakan untuk mengungkapkan pendapat, maka saat dewasa kita jadi anak yang pemalu, tidak berani, apalagi didalam kelas kita berani bertanya jika sedang tidak mengerti.

Hal tersebut yang selalu menjadi gangguan pikiranku, aku memang terlahir dari keluarga yang sangat mengerti akan pentingnya pendidikan, meskipun orang tua ku bukan dari orang yang berpendidikan. Mereka selalu memberikan yang terbaik untukku, meskipun dengan cara mereka bekerja keras dari pagi sampai malam. Tapi apakah memang harus seperti itu seorang orang tua kepada anaknya?

Buakankah memberikan kasih sayang, memberikan pendidikan yang layang baik itu formal ataupun tidak formal adalah tugas seorang orang tua? Bagaimana ketika seorang tua senang bertengkar dihadapan anak, selalu mengungkit-ungkit apa yang diberikan kepada anak, kadang kalo dengan orang lain bisa bertingkah baik tapi kalo anaknya sendiri  berbeda. Yapz aku dan orang tua ku kami tidak memiliki hubungan yang harmonis layaknya seorang anak dan orang tua. Orang tua ku hanya tau anakku sudah aku kuliahkan, tiap harinya sudah kuberikan uang saku, anakku harus bisa jadi orang yang lebih baik dari orang tuanya, dll.

Wajar sekali harapan orang tua seperti itu kepada anaknya. Aku sering sekali memperhatikan kehidupan teman-temanku dengan orang tuanya, aku punya teman dekat dari SMP dia rumahnya dekat dengan runahku. Dia sangat dekat sekali dengan orang tuanya terutama ibunya, memeluk mencium dan mengucapkan kata I love you bu, itu menjadi hal yang sangat biasa sekali.

Kasih sayang untuk anak tidak harus diberikan dengan materi, tapi bentuk perhatian kecil, memeluk, mencium, dll. Memang sudah seharusnya diberikan orang tua, untuk mengajarkan kepada anak untuk menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap sesamanya, memberikan anak kesempatan untuk menunjukkan keinginan dan apa yang dimau anak tapi tetap sebagai orang tua mampu mengontrol dan mengarahkan anak menuju jalan yang terbaik.

Menjaga perasaan anak dengan tidak bertengakar didepan anak dan tidak menyalahkan anak atas yang telah diberikan selama ini. Dapat menjadi teman yang baik untuk anak, ketika ada masalah ibulah orang pertama yang seharusnya mengetahui permasalah anaknya.

Dan dari apa yang baru ku pelajari untuk menumbuhkan anak memiliki dan sadar akan agamanya, dari orang tuanya lah yang memprkenalkan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an, Tuhan dan juga Rosulnya. Meskipun pada nantinya untuk mendapat ilmu yang lebih harus mencarinya keorang lain atau tempat lain.

Yha begitulah seharusnya peran orang tua dalam mendidik anak, meskipun masih kurang banyak tapi kurang lebih seperti itulah, meskipun dalam teori sangat mudah tapi dalam prakteknya sangat sulit sekali, aku yang beruntung telah masuk di Universitas ini dan mengambil jurusan ilmu kehidupan, paling tidak aku mampu mengevaluasi diriku sendiri tentang kehidupan dimasa laluku, dan aku bisa berusaha menjadi lebih baik masa sekarang untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik dari sekarng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline