Lihat ke Halaman Asli

NOVIDA RIASTI

Kepala Sekolah TK Puspita Kota Malang

Bermain Klasikal dalam Pendekatan Berbasis Permainan dan Fenomena Finlandia

Diperbarui: 21 Desember 2024   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengintegrasikan Teori Bermain Klasikal dalam Pendekatan Berbasis Permainan dan Fenomena di Pendidikan Anak Usia Dini Finlandia

Novida Riasti, S.Pd

Finlandia dan sistem pendidikannya telah menarik perhatian pendidik di seluruh dunia, dengan berbagai aspek dari fungsi dan strukturnya telah diteliti secara mendalam. Pemahaman mengenai fungsi ECEC di Finlandia mencakup pengakuan akan arti penting kesetaraan bagi Masyarakat. Kesetaraan ini diperhatikan secara menyeluruh, mencakup semua sektor dan layanan sosial, dan dihadapi melalui konsep kesetaraan. Ini berarti bukan hanya sekadar menyediakan layanan untuk semua warga negara, tetapi juga memastikan bahwa setiap individu memiliki akses terhadap layanan tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati manfaatnya. (Ferreira, 2021)

Elemen penting lainnya dalam pendidikan profesional ECEC di Finlandia adalah pendekatan yang berbasis penelitian dan pemecahan masalah. Mengingat struktur keseluruhan sistem PAUD di Finlandia, pedoman dari kurikulum inti nasional, serta pengamatan terhadap praktik yang beragam, pendekatan berbasis permainan dan fenomena menjadi dua elemen kunci dalam pedagogi untuk mengembangkan pendidikan dan layanan perawatan yang integrative.  

Lester Russell (2010) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis permainan dianggap sebagai metode yang melibatkan anak-anak secara aktif dalam proses belajar, di mana tujuan pedagogis seperti konten, konsep, atau keterampilan tertentu dicapai melalui cara alami anak-anak berinteraksi dengan lingkungan mereka melalui bermain. Sejak abad ke-19, para sarjana seperti Froebel (LIEBSCHENER, 1996), Montessori (1916), dan Dewey (1956) telah berkontribusi pada landasan teoritis pembelajaran berbasis permainan. Piaget (1962) dan Vygotsky (1962) melanjutkan tradisi.  Para peneliti ini telah menjelaskan secara mendalam mengenai pentingnya bermain dalam proses pembelajaran dan perkembangan anak, memberikan argumen yang kuat bahwa anak-anak di berbagai tahap masa kanak-kanak menggunakan permainan untuk memahami dan berkomunikasi dengan dunia, menyadari keberadaan serta hubungan sebab-akibat dalam interaksi mereka, serta memperluas pengalaman kognitif dan berkembang sebagai individu dalam konteks sosial dan budaya.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) di Finlandia mengadopsi pendekatan yang inovatif dan efektif, dengan pengalaman bermain sebagai metode utama dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada pengajaran formal, tetapi juga mengintegrasikan teori bermain klasikal yang memberikan dasar bagi pengembangan kurikulum berbasis permainan.(Ferreira, 2021)

Teori bermain klasikal, yang diperkenalkan oleh tokoh-tokoh seperti Friedrich Froebel dan Maria Montessori, menekankan bahwa bermain adalah metode utama bagi anak-anak untuk belajar dan berkembang (Clawson, 2011). Dalam pandangan ini, bermain tidak hanya dianggap sebagai kegiatan rekreasi, tetapi juga sebagai proses pembelajaran yang sangat penting. Melalui aktivitas bermain, anak-anak dapat menjelajahi lingkungan mereka, mengasah keterampilan sosial, dan membangun pemahaman tentang dunia di sekitar mereka (Yuliantin, 2019).

Teori surplus energi, yang diperkenalkan oleh para pemikir seperti Friedrich Schiller, berpendapat bahwa anak-anak memiliki energi yang berlebih yang perlu diekspresikan melalui aktivitas fisik dan bermain. Dalam pandangan ini, bermain berfungsi sebagai sarana bagi anak-anak untuk melepaskan energi yang tidak terpakai, yang pada gilirannya mendukung perkembangan fisik dan mental mereka (Edita A. M. Pinangkaan, Ricky Alfredo Silaban, 2023).

                                 Dokumen foto koleksi pribadi

Dalam konteks pendidikan anak usia dini di Finlandia, pendekatan berbasis permainan mengakui bahwa bermain adalah metode alami bagi anak-anak untuk belajar. Dengan memberi anak-anak kesempatan untuk bermain, mereka dapat menggunakan kemampuan dan energi mereka secara konstruktif, sehingga mendorong pembelajaran dan pertumbuhan mereka . Melalui aktivitas bermain, anak-anak tidak hanya mengeluarkan energi, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan kognitif (Idhayani et al., n.d.). Teori surplus energi mendukung gagasan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan saat bermain dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan memahami lingkungan mereka (Edita A. M. Pinangkaan, Ricky Alfredo Silaban, 2023).

Pendekatan berbasis permainan di Finlandia menciptakan keseimbangan antara kebutuhan anak untuk bergerak dan belajar. Dengan mengintegrasikan permainan ke dalam kurikulum, anak-anak dapat memenuhi kebutuhan fisik mereka sambil terlibat dalam proses pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna (Nikkola, V., 2020).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline