Hai sobat Kompasiana. Selamat malam semua perkenalkan nama saya Novi'atus Zahroh umur 19 tahun. Saya mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya prodi S1 kesehatan masyarakat.
Baiklah di sini saya akan menceritakan tentang pengalaman masalah kesehatan di daerah saya. Pada masa itu dimana saya masih duduk di bangku kelas 4 SD.
Di daerah saya rutinitas para suami bekerja sebagai nelayan, karena bertepatan dengan daerah pesisir pantai. Awalnya para nelayan menangkap ikan dengan cara biasa seperti halnya para nelayan menangkap ikan. Namun semua itu berubah semenjak adanya kebiasaan daerah lain yang menangkap ikan di daerah saya dengan menggunakan bom alasannya adalah lebih banyak mendapatkan ikan dengan jangka waktu yang cepat tidak usah menunggu lama. Dari situlah nelayan di daerah saya mulai tergiur untuk mengikuti cara tersebut tanpa memikirkan hal lain yang akan menimbulkan kerusakan fatal di daerah perairan kami. Para nelayan pun mulai melancarkan aksinya di malam hari.
Dan pada pagi harinya memang mereka memperoleh sangat banyak ikan baik ikan kecil ataupun ikan besar. Dan dengan seiring berjalannya waktu laut di daerah saya pun mulai timbul Perubahan, dari yang awalnya air tersebut jernih berubah sedikit demi sedikit menjadi agak keruh. Namun parahnya para nelayan masih tidak peka akan hal itu dan malah tambah menjadi jadi aksi penangkapan ikan dengan bom tersebut.
Maka perlu di ingat juga bahwa sifat manusia adalah semakin banyak harta yang kita dapat maka semakin lupa kita akan tanggung jawab kita terhadap apa yang harus kita jaga, sama halnya dengan para nelayan yang semakin hari semakin banyak ikan yang tertangkap maka semaki lupa mereka bahwa laut di daerah kami mulailah rusak airnya sudah sangat keruh, karangnya pun juga sudah banyak hancur dan populasi ikan semakin rendah.
Warga di daerah saya ada yang sebagian tidak suka dengan tingkah para nelayan yang semena-mena itu, namun juga ada pula yang bersikap sangat mendukung karena menurut mereka jika kita menghasilkan banyak uang untuk apa kita susah-susah mencari pekerjaan lain, dan menurut mereka pekerjaan itu menghasilkan rezeki yang halal.
Namun jika kita renungkan lagi mereka menangkap ikan dengan cara yang tidak bisa di toleransi dan mereka juga lupa akan tanggung jawab mereka untuk menjaga keindahan alam yang telah
Tuhan berikan, lantas masih bisakah rezeki tersebut di katakan halal?. Namun sayangnya pada masa itu saya adalah anak kecil yang belum tau tentang hal semacam itu.
Namun berkat kerjasama warga yang sangat menantang para nelayan tersebut maka berakhirlah pengeboman ikan tersebut dengan cara melaporkan kepada pihak yang berwajib, dan ditangkapnya para nelayan tersebut dilakukan pada malam hari seperti biasanya mereka sedang melakukan pengeboman tersebut. Dan Alhamdulillah di daerah saya sekarang tidak terjadi lagi hal-hal seperti itu meskipun laut kami tidak akan bisa pulih seperti dulu. Sekian terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H